Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seperti Ini Wajah Dunia Usai Pandemi Corona

1 Mei 2020   13:22 Diperbarui: 1 Mei 2020   13:42 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rutinitas harian kota Wuhan telah direkayasa ulang untuk meminimalkan risiko infeksi corona (Bloomberg.com/Gilles Sabrie)

Seiring melambatnya kasus positif corona di berbagai negara, masyarakat kian optimis pandemi corona akan segera berlalu. Seluruh masyarakat di dunia ini berharap kehidupan normal mereka yang sementara hilang bisa kembali.

Tapi, akankah wajah dunia bisa kembali seperti dulu? Akankah kita bisa beraktivitas sehari-hari dengan  nyaman tanpa ada kecemasan?

Sekalipun pandemi Covid-19 berakhir, wajah dunia tidak akan sama lagi. Kehidupan kita tidak akan pernah berjalan normal seperti sedia kala. Virus corona benar-benar sudah merasuki seluruh aspek kehidupan kita.

Dunia Masih Akan Dibayangi Virus Corona

Selama vaksin virus corona belum ditemukan dan disuntikkan ke seluruh umat manusia di bumi ini, selama itu pula kita harus hidup dalam bayang-bayang penyakit Covid-19. Apalagi virus corona yang baru ini termasuk jenis virus yang benar-benar licik.

Virus corona adalah provokator ulung.  Dia mampu memancing sistim imun tubuh agar memberikan respon di luar batas dan tidak terkendali sehingga justru merusak tubuh sendiri.  Bukan virus yang menjadi aktor utama penyebab kita bisa sakit  parah atau mengakibatkan kematian.  Melainkan tubuh kita sendirilah yang terpancing untuk bertindak gelap mata. 

Virus ini sangat licik karena secara diam-diam menjangkiti korban tanpa menimbulkan gejala dalam waktu cukup lama.  Dalam masa inkubasi ini virus sudah mampu menulari banyak orang lain tanpa disadari si pesakit.  Semakin panjang masa di mana kehadirannya tidak disadari semakin banyak waktu yang dimiliki virus untuk berpindah dari satu orang ke orang lain. 

Itu sebabnya WHO memperkirakan dunia masih akan dibayang-bayangi pandemi Covid-19 dalam waktu yang lama. Setahun dua tahun belum cukup untuk bisa menumpas habis virus ini dari permukaan bumi.

WHO sendiri mengatakan, tidak ada jaminan pasien yang sudah sembuh tidak akan terifeksi kembali. Meski kemudian pernyataan itu diklarifikasi dan WHO mengatakan,

"Kami berharap bahwa kebanyakan orang yang terinfeksi COVID-19 akan mengembangkan respons antibodi yang akan memberikan tingkat perlindungan tertentu."

Memang, menurut penelitian awal di Cina, setiap orang yang terinfeksi virus mengembangkan antibodi dalam waktu dua minggu setelah jatuh sakit. Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa dari 175 pasien yang pulih dari Covid-19, 10 orang tidak pernah mengembangkan antibodi dan 30% pasien dalam penelitian ini memiliki tingkat antibodi yang sangat rendah.

Kasus di Korea Selatan juga memunculkan dugaan seperti yang dinyatakan WHO, bahwa pasien yang sudah sembuh masih rentan tertular kembali. Menurut Pusat Pengendalian Penyakit di negara itu, 91 orang yang dianggap telah pulih dari virus dinyatakan positif lagi.

Inilah yang menjadi sebab banyak ahli memperkirakan wajah dunia tidak dunia akan tampak berbeda, sekalipun dalam waktu dekat ini kurva kasus positif corona benar-benar bisa melandai, tak ada lagi orang yang terjangkiti, dan angka kesembuhan bisa mencapai 100 persen.

Melihat Kehidupan Kota Wuhan Usai Pandemi Covid-19

Mari kita tengok sebentar suasana kehidupan di kota Wuhan pascapandemi seperti yang dilaporkan Bloomberg. Kota di provinsi Hubei, Cina utara ini menjadi pusat pandemi saat virus ini pertama kali muncul. Hingga memunculkan stigma penyebutan "Wuhan coronavirus".

Saat ini, pemerintah kota Wuhan mulai membuka lockdown seiring nihilnya kasus positif corona. Pasien terakhir yang terinfeksi virus corona juga sudah dipulangkan dari rumah sakit setempat.

Meskipun begitu, pemerintah kota Wuhan tetap memberlakukan pembatasan yang ketat. Rutinitas harian di kota Wuhan, yang dibuka kembali pada 28 Maret setelah berhenti selama lebih dari dua bulan karena pandemi Covid-19, telah direkayasa ulang sepenuhnya untuk meminimalkan risiko infeksi.

Para pekerja yang kembali ke kantornya masing-masing menghindari pemakaian lift. Mereka memilih naik turun tangga untuk menjaga jarak dari orang lain. Toko-toko dan restoran yang sudah diijinkan untuk dibuka kembali juga masih sepi pengunjung.

Sementara itu di kantor pabrik Lenovo, setiap karyawan harus diuji dulu baik pengujian virus maupun antibodi yang mengindikasikan penyakit di masa lalu.  Selama menunggu hasil pengujian, mereka ditempatkan terpisah di asrama khusus.

Tenaga medis melakukan tes Covid-19 pada penduduk kota Wuhan (bloomberg.com/Gilles Sabrie)
Tenaga medis melakukan tes Covid-19 pada penduduk kota Wuhan (bloomberg.com/Gilles Sabrie)

Jika hasil pengujiannya negatif virus dan antibodi-nya kuat, bukan berarti mereka bisa melenggang bebas. Saat datang ke kantor, karyawan yang tiba harus melapor kepada penyelia pertama dan harus melewati setidaknya empat kali pemeriksaan suhu badan.

Hasil pemeriksaan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pengumpulan data yang dirancang oleh staf Lenovo. Siapa pun yang suhu badannya di atas 37.3 C secara otomatis ditandai.

Kehidupan kota Wuhan tidak berjalan normal. Kabut kecemasan masih menyelimuti setiap orang di sana. Rasa khawatir akan tertular virus, menyebakan setiap penduduk Wuhan memilih untuk menjaga jarak dari orang lain.

Wajah Dunia Usai Pandemi Corona

Itu gambaran kecil wajah dunia pascapandemi corona. Gambaran besarnya bisa kita lihat dari beberapa skenario yang tengah direncanakan banyak organisasi dunia.

FIFA misalnya, berencana mengeluarkan peraturan yang melarang pemain sepakbola meludah sembarangan. Alasannya, meludah dapat menularkan virus corona.

Beberapa negara yang sudah melonggarkan lockdown juga masih memberlakukan pembatasan sosial. Dilarang berkumpul dalam jarak dekat, wajib memakai masker, hingga meminta pembayaran dalam bentuk uang elektronik untuk meminimalkan sentuhan.

Sekarang, mari kita bayangkan sejenak wajah dunia dalam bayang-bayang virus corona:

Masker Bisa Menjadi Kebutuhan Pokok

Setiap orang yang keluar rumah bisa dipastikan membawa atau mengenakan masker. Mungkin karena sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, model masker pun kian beragam. Dari awalnya untuk melindungi diri dari paparan virus, masker bisa menjadi gaya fesyen sendiri.

Industri Pariwisata Diperkirakan Masih Belum Bisa Bangkit

Bayang-bayang ketakutan paparan virus corona membuat industri pariwisata sulit untuk bisa berkembang seperti sebelumnya. Hotel-hotel mungkin akan buka kembali, tapi tingkat okupansi mereka masih sangat rendah, sekalipun di puncak musim liburan.

Psikosomatik Semakin Mewabah

Batuk, demam dan sesak nafas menjadi salah satu gejala utama penyakit Covid-19. Hingga saat ini, para ahli belum dapat membedakan secara pasti mana batuk biasa dan seperti apa batuk yang disebabkan virus corona.

Itu sebabnya kita disarankan untuk mengenakan masker jika keluar rumah. Selain agar terlindungi dari risiko paparan virus corona, juga untuk melindungi orang lain seandainya kita tiba-tiba batuk.

Karena tidak dapat dibedakan itu, masyarakat akhirnya cenderung paranoid, khawatir berlebihan. Batuk sedikit langsung dikira terinfeksi virus corona. Padahal kan belum tentu.

Ini yang disebut psikosomatik atau halusinasi gejala penyakit. Pascapandemi, diperkirakan lebih banyak orang yang mengalami psikosimatik.

Seorang teman pernah bercerita, ada sekumpulan pemuda sedang nongkrong di warung kopi. Tiba-tiba salah seorang dari mereka batuk. Dan, para pemuda itu spontan langsung membubarkan diri

Masyarakat Makin Selektif dalam Membeli Kebutuhan

Selama pandemi, masyarakat berpikir ulang kebutuhan apa saja yang benar-benar perlu mereka beli. Saat ekonomi dunia tengah resesi, penghematan adalah jalan terakhir dan satu-satunya agar tetap bisa bertahan.

Pascapandemi, masyarakat akan lebih selektif dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Siapa yang merasa ingin membeli pakaian mewah sekarang? Siapa yang butuh travelling setiap bulannya? Siapa yang ingin beli smartphone canggih yang mahal harganya?

Begitulah, dunia tidak akan sama lagi dengan sebelum dilanda pandemi. Tentu, tidak ada yang bisa melihat langsung masa depan dunia. Tapi dengan mencoba memprediksi seperti apa wajah dunia pascapandemi, setidaknya kita bisa mulai memikirkan rencana-rencana yang tepat, untuk memulai kehidupan yang sepenuhnya baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun