"Printernya macet. Minta tolong dong Pak benerin sebentar," jawab Mita merajuk.
"Ada Faisal di ruang CS Mit, coba kamu telpon ke Bu Linda, minta tolong suruh Faisal benerin printer Marketing kalau dia sudah selesai."
 "Lama Pak Ray. Pliss, bentar aja. Mita butuh ngeprint segera nih."
Sebenarnya Rayhan ingin bersikap tegas mendengar rengekan Mita itu. Gara-gara memikirkan pengirim puisi yang misteius itu, suasana hati Rayhan agak malas. Tapi Rayhan merasa tak tega.
"Ok, sebentar aku kesana," kata Rayhan menutup telpon.
Mita, dari Departemen Marketing itu sering banget minta tolong ke Rayhan, cuma untuk benahin hal-hal yang sepele. Kertas di printer macet lah, gak bisa konek internet lah. Padahal di ruangannya ada rekan kerja pria yang mungkin bisa bantu. Atau paling tidak bisa minta tolong ke Faisal, Ibad atau Tessa.
"Mungkin dia ada hati sama kamu Ray," kata Faisal waktu Rayhan membicarakan tingkah si Mita. Seperti biasa, dia ngomong sambil nyengir menjengkelkan.
"Buat kamu aja Sal," kata Rayhan sambil ikut nyengir.
"No, no, no. Mita itu cadangan ketiga Ray."
"Memangnya siapa pilihan pertamamu?" tanya Rayhan penasaran.
"Bu Indri," jawab Faisal mantap.