Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama FEATURED

9 Alasan (Ilmiah) Mengapa Kita Perlu Banyak Membaca (Fiksi)

21 Oktober 2018   11:22 Diperbarui: 23 April 2019   02:44 10710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (dok.pribadi)

Ketika masih kuliah dulu, saya pernah "diejek" oleh seorang teman gara-gara sering meminjam novel di sebuah persewaan buku dekat kampus.

"Ngapain baca novel-novel kayak gitu? Mending baca buku-buku yang ilmiah, biar melek ilmu."

Tak hanya dari teman, beberapa kali orang tua saya juga mengingatkan untuk mengurangi bacaan novel saya, karena khawatir tugas-tugas kuliah berantakan.

"Daripada baca buku yang gak berguna kayak gitu, mending perbanyak mengaji, atau baca buku-buku kuliah biar cepat selesai kuliahmu," begitu nasehat orang tua saya dulu.

Mungkin terdengar sangat kolot, tapi begitulah stereotype orang tua saya: buku fiksi itu tidak berguna, dan membacanya hanya buang-buang waktu. Anehnya, meski sering membaca novel atau buku fiksi, toh hingga sekarang saya masih saja kesulitan menulis fiksi.

Well, nasehat orang tua dan ejekan teman saya itu ada benarnya. Buku-buku ilmiah memang bermanfaat, meningkatkan kualitas diri karena memberi banyak pengetahuan baru bagi kita. 

Tapi, bukan berarti buku-buku fiksi itu useless, tidak ada manfaatnya sama sekali. Di luar porsi pengetahuannya yang sedikit (pada beberapa jenis fiksi tertentu), membaca fiksi dapat memberikan banyak manfaat peningkatan diri yang sama, bahkan ketika kita menjelajahi dunia lain melalui kisah-kisah yang hanya ada dalam pikiran sang pengarang.

Praktik menggunakan buku, puisi, dan kata-kata tertulis lainnya sebagai bentuk terapi telah membantu manusia selama berabad-abad. Dan fiksi memiliki cara unik yang ampuh untuk memahami orang lain, membuka cakrawala kreativitas dan melatih otak kita.

Beberapa alasan (dengan fakta ilmiah) mengapa kita perlu membaca (fiksi) diantaranya adalah:

1. Fiksi bisa meningkatkan empati

Untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan menumbuhkan kemampuan kita untuk berempati, kita hampir tidak dapat melakukannya secara lebih baik daripada membaca sebuah karya fiksi. 

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa membayangkan cerita membantu mengaktifkan wilayah otak kita yang bertanggung jawab untuk lebih memahami orang lain dan melihat dunia dari perspektif baru.

Dua peneliti dari Washington University di St. Louis mengamati otak para pembaca fiksi dan menemukan bahwa subjek uji mereka menciptakan simulasi mental yang intens terhadap pemandangan, suara, gerakan, dan selera yang mereka temui dalam narasi fiksi. Intinya, otak mereka bereaksi seolah-olah mereka benar-benar menjalani peristiwa yang mereka baca.

2. Membaca fiksi paling efektif untuk mengatasi stres

Jika kita melihat perlombaan balap mobil, semua mobil peserta pasti membutuhkan pit stop, waktu istirahat untuk mengisi bahan bakar atau mengganti ban. Begitu pula dengan diri kita. 

Tidak ada tubuh dan otak manusia yang mampu beroperasi pada kapasitas maksimum 24/7, seperti yang bisa dilakukan mesin komputer. Kita semua membutuhkan periode pelepasan untuk mengistirahatkan kemampuan kognitif kita dan kembali ke fungsi puncak.

Dan membaca fiksi adalah salah satu cara terbaik untuk mendapatkan periode pelepasan yang dibutuhkan otak kita. Penelitian di University of Sussexmenunjukkan bahwa membaca (terutama fiksi) adalah cara paling efektif untuk mengatasi stres, mengalahkan metode lain seperti mendengarkan musik atau berjalan-jalan. 

Saat mengamati para responden, para peneliti menemukan bahwa dalam waktu 6 menit saat mereka diam membaca, denyut jantung peserta melambat dan ketegangan di otot mereka berkurang hingga 68%.

3. Membaca buku bisa membangun pola tidur yang konsisten

Menciptakan ritual tidur adalah cara yang bagus untuk membangun pola tidur yang konsisten. Salah satu hal penting dari ritual tidur yang hendak diciptakan adalah kita harus memiliki aktivitas terakhir yang benar-benar melepaskan pikiran kita dari tugas-tugas atau pekerjaan pada siang harinya. Dan membaca (fiksi) menjadi aktivitas terakhir sebelum tidur yang sangat disarankan.

The New Yorker melaporkan bahwa:

Membaca buku telah terbukti menempatkan otak kita ke dalam keadaan trance yang menyenangkan, mirip dengan meditasi, dan itu membawa manfaat kesehatan yang sama dari relaksasi yang mendalam dan ketenangan batin. Pembaca rutin memiliki pola tidur lebih baik, memiliki tingkat stres yang lebih rendah, harga diri yang lebih tinggi, dan tingkat depresi yang lebih rendah daripada non-pembaca.

4. Fiksi bisa meningkatkan hubungan interpersonal

Hidup itu rumit. Seringkali, hubungan dan tantangan interpersonal tidak memiliki resolusi sederhana yang mungkin kita sukai. Bagaimana kita bisa menerima kompleksitas yang nyata ini?

Jawabannya adalah dengan menggunakan fiksi untuk mengeksplorasi ide-ide perubahan, emosi yang kompleks dan yang tidak diketahui.

Itulah saran Keith Oatley, seorang profesor psikologi kognitif di Universitas Toronto kepada pembaca New York Times. Menurut sang profesor, membaca buku menghasilkan semacam simulasi realitas yang "berjalan di benak pembaca seperti halnya simulasi di komputer."

Fiksi, Dr. Oatley mencatat, "adalah simulasi yang sangat berguna karena merundingkan dunia sosial secara efektif, mengharuskan kita untuk menimbang banyak sekali contoh interaksi sebab-akibat. Sama seperti simulasi komputer yang dapat membantu kita mengatasi masalah yang rumit seperti menerbangkan pesawat atau memperkirakan cuaca. Jadi novel, cerita, dan drama dapat membantu kita memahami kompleksitas kehidupan sosial. "

Sementara itu penulis Science Fiction Eileen Gunn menyatakan bahwa membaca fiksi ilmiah, khususnya, membantu kita menerima perubahan lebih mudah:

"Apa yang dilakukan oleh fiksi ilmiah, terutama dalam karya-karya yang berhubungan dengan masa depan, adalah membantu orang-orang memahami bahwa hal-hal berubah dan Anda dapat melaluinya. Perubahan ada di sekitar kita. Mungkin hal-hal berubah lebih cepat sekarang daripada empat atau lima ratus tahun yang lalu, khususnya di beberapa bagian dunia. "

5. Membaca buku menguatkan mental

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa mendengarkan cerita adalah cara yang bagus untuk mengingat informasi dalam jangka waktu yang panjang.

Sekarang ada juga bukti yang menyatakan bahwa pembaca buku mengalami penurunan memori yang lebih lambat di kemudian hari dibandingkan dengan non-pembaca. Menurut hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences, pembaca buku memiliki tingkat penurunan mental 32 persen lebih rendah dibandingkan dengan orang-orang yang jarang membaca.

6. Cerita Fiksi Membuka pikiran untuk lebih inklusif

Dapatkah membaca Harry Potter membuat kita lebih inklusif, toleran, dan berpikiran terbuka? Satu penelitian mengatakan ya.

Studi yang diterbitkan dalam Journal of Applied Social Psychology, menguji apakah novel-novel Harry Potter dapat digunakan sebagai alat untuk memperbaiki sikap terhadap kelompok-kelompok minoritas dan atau yang terstigma.

Setelah melalui 3 percobaan di mana siswa membaca bagian-bagian dari buku-buku tentang diskriminasi, para siswa menunjukkan perubahan sikap tentang inklusivitas dan lebih toleran terhadap minoritas seperti siswa imigran dan kelompok LGBT.

"Para peneliti memuji buku-buku tersebut karena mampu meningkatkan kemampuan pembaca untuk mengambil perspektif dari kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Mereka juga mengklaim bahwa anak-anak muda, dengan bantuan seorang guru, dapat memahami bahwa dukungan Harry terhadap teman-temannya yang diejek "darah lumpur/darah campuran" adalah sebuah alegori terhadap kefanatikan dalam masyarakat di kehidupan nyata. "

7. Bacaan Fiksi meningkatkan perbendaharaan kosakata

Bagaimana jadinya bila kita memiliki sedikit sekali perbendaharaan kosakata? Bisa dibayangkan kita akan mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan orang lain. Bisa jadi nanti yang terjadi adalah, kita selalu mengulang kata-kata yang sama. 

Dan yang ditakutkan pengulangan ini menimbulkan salah persepsi dari lawan bicara kita. Perbendaharaan kata yang banyak bisa membantu kita untuk lebih mengekspresikan diri dan membantu hubungan kita dengan orang lain.

Bagaimana caranya menambah perbendaharaan kosakata? Bacalah buku fiksi.

Sebuah penelitian dari Emory University membandingkan otak orang-orang setelah mereka membaca fiksi (khususnya novel Pompeii dari Robert Harris  selama sembilan malam) dengan otak orang-orang yang tidak membaca.

Hasilnya, otak para pembaca menunjukkan lebih banyak aktivitas di area-area tertentu daripada mereka yang tidak membaca --- terutama korteks temporal kiri, bagian otak yang biasanya diasosiasikan dengan pemahaman bahasa.

Penelitian lain yang dilakukan situs testyourvocab.com juga menunjukkan ada perbedaan signifikan dalam hal kekayaan verbal antara pembaca fiksi dan non fiksi. Situs ini menganalisis jutaan peserta tes untuk menemukan kesimpulan dari hipotesis mereka bahwa membaca lebih banyak akan membangun kosakata yang lebih besar.

Penelitian ini mencatat: "Bahwa bacaan fiksi itu akan meningkatkan ukuran kosa kata yang lebih dari sekadar non-fiksi adalah salah satu dari hipotesis kami - itu masuk akal, bagaimanapun juga, mengingat fiksi itu cenderung menggunakan variasi kata yang lebih banyak daripada non-fiksi. Namun, kami tidak menduga efeknya akan sangat menonjol ini. "

8. Fiksi memungkinkan ketidakpastian (di mana kreativitas tumbuh subur)

Seberapa sering kita bisa menebak dengan tepat akhir sebuah film atau cerita fiksi? Jika pengarangnya jenius, mereka bisa menciptakan plot twist yang sering tak terduga. Jangan mengomel jika kita mendapati hal ini. Justru nikmatilah, karena inilah yang membuat fiksi itu menjadi lingkungan yang sempurna untuk menciptakan kreativitas.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di Creativity Research Journal meminta siswa untuk membaca cerita fiksi pendek atau esai non-fiksi dan kemudian mengukur kebutuhan emosional mereka untuk kepastian dan stabilitas.

Peneliti menemukan bahwa pembaca fiksi memiliki lebih sedikit kebutuhan untuk "penutupan kognitif" daripada mereka yang membaca non-fiksi, dan menambahkan:

"Temuan ini menunjukkan bahwa membaca literatur fiksi dapat mengarah pada prosedur yang lebih baik untuk memproses informasi secara umum, termasuk kreativitas."

9. Kenikmatan dan Kebahagiaan

Dan yang terakhir dari semua alasan adalah, membaca fiksi membuat kita lebih bahagia. Semua alasan diatas memang bagus dan tepat. Tapi alasan terbesar mengapa saya senang membaca fiksi adalah karena saya menyukainya. Dan saya bahagia saat membacanya.

Apa yang saya rasakan ini tidak sendirian lho. Sebuah survei yang dilakukan terhadap 1.500 pembaca dewasa di Inggris menemukan bahwa 76% dari mereka mengatakan membaca meningkatkan kehidupan mereka dan membantu membuat mereka merasa baik.

Temuan lain dari survei ini adalah bahwa mereka yang membaca buku secara teratur rata-rata lebih puas dengan kehidupan, lebih bahagia, dan lebih mungkin untuk merasa bahwa hal-hal yang mereka lakukan dalam hidup bermanfaat.

Jadi, jika lain kali kita merasa bersalah karena terlalu banyak membaca fiksi daripada buku-buku motivasi atau pengetahuan umum, ingatlah alasan-alasan ini bahwa bagaimanapun juga, membaca fiksi itu memang kita butuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun