Mohon tunggu...
Rienta Primaputri
Rienta Primaputri Mohon Tunggu... Konsultan - Personal space to share ideas, updates and inspirations.

Seorang pengamat muda yang menggemari isu internasional dan gerakan sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Krisis Ekonomi di Venezuela Semakin Parah

16 Desember 2016   14:38 Diperbarui: 16 Desember 2016   18:55 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
No Hay Comida yang diartikan tidak ada makanan, menandakan situasi yang terjadi di Venezuela. Source: CNN

Venezuela sebagai salah satu negara di Kawasan Amerika Selatan dengan cadangan minyak terbesar di dunia yang kini berubah status menjadi negara dengan ekonomi terburuk sejak 2014. Krisis ekonomi menghantam negara ini saat harga minyak dunia kini berada di sekitar 45 dollar AS per barrel, turun secara dramatis dari sekitar 110 dollar AS per barrel dari dua tahun yang lalu. 

Kondisi Ekonomi Menurun


Sebagai negara yang perekonomiannya tergantung 95 persen pada ekspor minyak mentah, pastinya ini memberi dampak besar terhadap kondisi perekonomian ini yang bukan lagi terguncang bahkan hingga nyaris runtuh dibawa kepemimpinan Presiden Nicholas Maduro. Saat ini lebih dari 1.500 keluarga memiliki permasalahan kecilnya pendapatan keluarga yang sudah lagi tidak mencukupi mereka untuk makan tiga kali sehari, bahkan banyak dari masyarakat disana melakukan diet karbohidrat. 

Menurut Dana Moneter International (IMF), Venezuela saat ini menjadi negara dengan tingkat inflasi terbesar di dunia. Mereka memperkirakan inflasi Venezuela ini mencapai 700 persen tahun ini. Dampaknya adalah banyak penduduk yang kelaparan, meningkatnya tingkat keputusasaan orang banyak lalu banyak kerusuhan dan kriminalitas yang mengancam pemerintah dari Nicholas Maduro. 

Dampak Sosial Penduduk

Banyak dari warga Venezuela melakukan protes besar-besaran untuk melengserkan Presiden Nicolas dari kursi kepresidenan, karena banyak yang menuding presiden ini sebagai pemimpin yang tidak cakap dalam mengatur pemerintahan dan juga biang keladi dari krisis ekonomi yang terjadi di negaranya. Namun Presiden Nicholas menolak untuk lengser dan menyalahkan krisi di AS dan pemilik usaha sayap kanan yang sudah memotong produksi untuk menyabet ekonomi. 

Ditengah kelangkaan berbagai bahan kebutuhan pokok, bahan makanan hingga obat-obatan membuat warga beli makanan di Negara Tetangga seperti Kolombia maupun Brazil dengan jarak tempuh sekitar 36 jam melalui jalur darat. Bahkan dengan total rata-rata pendapatan negara tersebut yang kurang dari USD 50 atau sekitar Rp. 670 ribu per bulan, banyak orang tua dengan tega memberikan anak-anaknya untuk diberikan ke kawan, kerabat atau bahkan negara dan lembaga amal dengan harapan anaknya dapat diurus dan tidak kelaparan. Memberi anak mereka kepada orang lain dianggap sebagai cara yang terbaik daripada harus terjebak dalam prostitusi, narkoba atau mati kelaparan. 

Referensi

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun