Mohon tunggu...
Priesda Dhita Melinda
Priesda Dhita Melinda Mohon Tunggu... Guru - Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

Contact : 08992255429 / email : priesda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Aksi Nyata dalam Kegiatan Pembelajaran agar Anak Bahagia dalam Belajar

17 Mei 2021   11:52 Diperbarui: 17 Mei 2021   12:45 3964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1: sapaan dengan chat dan voice note-Sumber: Dokumentasi pribadi

Dalam hidup ini perubahan memang diperlukan untuk mencapai sesuatu yang baik. Tapi, melakukan perubahan tak semudah membalikkan tangan, apalagi perubahan dalam pendidikan yang polanya sudah bertahun-tahun dilakukan, yang pasti sudah mendarah daging. Termasuk gaya dan cara mengajar saya yang sudah terbiasa saya lakukan tak mungkin saya ubah begitu saja. Tentu kegalauan melanda, ya galau karena tentu saja mempersiapkan materi dan perlengkapan lainnya, harus berbeda dari biasa. 

Apa yang mau diubah pun menjadi kegalauan saya. Ya, itu tadi kebiasaan yang sudah lama dilakukan tak mungkin diubah begitu saja. Tetapi untuk kebaikan siswa-siswa saya tentunya saya harus melakukan perubahan. Sebagai guru Bimbingan dan Konseling yang mendapat tugas tambahan sebagai pendamping siswa Kristen, saya juga harus mulai menyesuaikan diri dan mulai melakukan perubahan-perubahan itu, demi tercapainya kebaikan dan kebahagiaan siswa. Berikut cara-cara yang saya lakukan dalam kegiatan pembelajaran:

1. Mengenal karakteristik siswa di kelas

Dari referensi yang saya baca dan beberapa pelatihan yang saya ikuti termasuk Program Guru Penggerak ini, aku menemukan ide untuk melakukan perubahan dalam pendidikan, terutama dalam pembelajaran. Pertama saya mengamati bagaimana karakteristik siswa di dalam kelas. Apalagi di masa pandemi ini, saya harus benar-benar memperhatikan karakteristik mereka melalui interaksi daring. Meskipun tak sempurna saya lakukan, tapi saya tetap mengenal bagaimana karakteristik siswa di dalam kelas itu. 

Saya melakukannya dengan cara melihat respon setiap siswa dari grup, keaktifan siswa di dalam kelas dan bagaimana respon siswa ketika saya memberikan tugas. Jika ada siswa yang memberikan respon ketika saya menyapa, mengumpulkan tugas, bertanya mengenai tugas dan lainnya, berarti kelas itu aktif. Jika hanya sedikit yang merespon sapaan, tugas tidak banyak yang mengumpul, berarti kelas itu kurang aktif. Jika tidak ada respon sama sekali dan sedikit sekali mengumpul tugas, maka kelas itu tidak aktif.

Dari pembagian kategori kelas ini, saya mulai membuat instruksi yang berbeda untuk mereka. Saya mulai menyapa dengan voice note pada semua kelas, tak masalah tak ada respon. Jika ada yang merespon, saya langsung menanggapi secara positif. Tapi dari sebelumnya, respon yang diberikan siswa sedikit lebih banyak. Kegiatan ini merupakan perencanaan saya dalam melakukan langkah berikutnya.

2. Memberikan materi dengan media video

Pada awalnya dalam pemberian materi, saya menggunakan power point atau file dalam bentuk pdf kemudian saya lampirkan pada google classroom, kemudian saya berikan petunjuk tugas atau merangkum dari materi yang ada. Ada yang mengumpulkan dan banyak juga yang tidak mengumpulkan. Kemudian saya mengubah cara saya ini, saya kadang membuat video pembelajaran dan membuat pertanyaan yang berkaitan dengan video itu, jadi secara tidak langsung sebenarnya siswa saya "mencatat materi" melalui pertanyaan-pertanyaan yang ada. Dengan demikian mereka membaca materi yang saya berikan melalui tulisan mereka sendiri. Saya juga mencoba menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Diantara mereka ada yang lebih nyaman belajar dengan membaca, menonton video dan juga mendengarkan suara. Cara ini dapat mewakili gaya belajar mereka. Responnya ? Mulai banyak yang mengumpulkan tugas. Salah satunya bisa klik link ini https://youtu.be/mDfjqe-Hc0k.  

Gambar 2: Materi dalam bentuk video-Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 2: Materi dalam bentuk video-Sumber: Dokumentasi Pribadi
3. Melakukan kegiatan pembelajaran yang bervariasi

Belajar tidak melulu harus melalui WA grup dan google classroom, supaya siswa tidak merasa bosan dan juga dapat bertatap muka, maka melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan google meeting ataupun lark meeting. Tetapi hal ini juga harus dibuat kesepakatan terlebihi dahulu dengan siswa, karena saya ingin berorientasi pada siswa yaitu mengutamakan kepentingan siswa. Harapan saya memang semua anak dapat mengikuti kegiatan ini, tapi karena keterbatasan mereka dalam kuota internet, jadi mereka tidak ikut dalam kegiatan ini dan ada pula yang memang tidak merespon saya. Maka saya tetap mengirimkan materi dan tugas dalam WA grup dan google classroom. Terkadang juga saya melakukan kegiatan berdiskusi mengenai materi yang saya sampaikan dalam WA grup terutama dalam kelas yang aktif. Kegiatan diskusi ini juga dapat berjalan dengan baik, ditandai dengan respon yang positif dari siswa.

Gambar 3: Kegiatan Pembelajaran Via Google Meeting-Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 3: Kegiatan Pembelajaran Via Google Meeting-Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4 : Diskusi Via WA Grup-Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4 : Diskusi Via WA Grup-Sumber: Dokumentasi Pribadi
4. Memberikan tugas yang menantang

Supaya siswa menjadi lebih aktif dan semangat dalam mengerjakan tugas, maka saya memberikan tugas yang dapat memunculkan hal ini. Selain mencatat dan menjawab pertanyaan melalui google form, saya meminta mereka untuk mengerjakan tugas dengan menyertakan foto mereka, membuat rencana dan melaksanakannya. Saat itu saya memberi materi tentang disiplin, maka saya meminta mereka untuk membuat rencana kegiatan dan memfoto kegiatan mereka di rumah. Saya juga pernah memberikan tugas yang meminta mereka untuk membuat kalimat motivasi, membuat video yang berisi tentang informasi ataupun tips-tips untuk orang lain. Tugas ini membuat mereka bersemangat dalam mengerjakan tugas, hal ini ditandai dengan lebih banyak yang mengerjakan tugas dibandingkan sebelumnya.

Gambar 5: Petunjuk pengerjaan tugas melalui WA grup dan Google Classroom-Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 5: Petunjuk pengerjaan tugas melalui WA grup dan Google Classroom-Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 6: Hasil aktivitas siswa-Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 6: Hasil aktivitas siswa-Sumber: Dokumentasi Pribadi
5. Menanyakan kesulitan siswa

Masih ada siswa yang belum mengerjakan tugas yang saya berikan, ada beberapa kemungkinan yaitu karena mereka memang kurang memiliki motivasi dan ada juga yang mengalami kesulitan. Tugas guru adalah menuntun, jadi dari hal ini saya mulai menuntun siswa untuk membantunya dalam mengatasi kesulitannya. Oleh karena itu, saya melakukan chat pribadi kepada siswa yang belum mengerjakan mereka. Ternyata benar, ada yang memang malas dan kurang motivasi, ada juga yang memiliki kesulitan dalam mengerjakan tugas. Dari siswa yang saya chat pribadi, ada juga yang tidak merespon, tetapi lebih banyak yang merespon. Setelah ini, mereka mengumpulkan tugas yang saya berikan.

Gambar 7: Menanyakan kesulitan yang dialami siswa-Dokpri
Gambar 7: Menanyakan kesulitan yang dialami siswa-Dokpri
6. Melakukan kunjungan rumah

Ada siswa saya sama sekali tidak merespon dalam grup kelas, tidak mengerjakan tugas dan tidak dapat dihubungi, maka saya berkoordinasi dengan wali kelas untuk melakukan kunjungan rumah. Saya juga berkoordinasi dengan guru mata pelajaran lain, ternyata memang siswa ini berperilaku yang sama. Tujuan saya melakukan kunjungan rumah adalah mencari tahu penyebabnya dia tidak mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini saya lakukan sebagai bentuk berpihak pada anak. Setelah melakukan kunjungan rumah, saya mendapat hasil ternyata mereka memang ada kurang memiliki motivasi dan HP nya rusak. Siswa yang kurang memiliki motivasi, saya berikan motivasi dan pemahaman bahwa saat ini kondisi tidak memungkinkan belajar untuk tatap muka, jadi siswa memang harus belajar mandiri. Untuk siswa yang HP nya rusak dan tidak dapat dipakai lagi, maka disarankan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran luring (luar jaringan), jadi setiap minggu dia dan orang tuanya datang ke sekolah untuk mengambil materi dan tugas. Respon dari kunjungan rumah ini baik dan terdapat perubahan, meskipun tidak terlalu banyak, terutama siswa yang kurang memiliki motivasi. Tetapi untuk siswa yang melakukan pembelajaran luring, dia menjadi rajin sekolah sehingga tugas-tugas terpenuhi.

Gambar 8: Kunjungan rumah-Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 8: Kunjungan rumah-Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dari pengalaman yang saya dapatkan ini, guru memiliki tugas menuntun, bukan menuntut siswa untuk dapat melakukan semua yang diberikan guru. Jadi bagaimana cara guru untuk menuntun siswa untuk melakukan apa yang menjadi tugasnya, itulah yang terpenting, tanpa memaksakan si siswa untuk melakukan dengan sempurna. Karena pada akhirnya adalah saya harus berpihak pada anak, bagaimana membuat anak bahagia dalam mengikuti pembelajaran supaya mereka dapat berkembang sesuai dengan kodrat mereka.

Melakukan perubahan memang tidak mudah, tetapi juga tidak terlalu sulit, asalkan kita mau memulai melakukannya. Perubahan tidak mungkin terjadi dengan cepat dan langsung sesuai dengan apa yang kita harapkan. Semua butuh proses dan waktu, tetapi saya selalu bersyukur denga perubahan yang sedikit itu, misalnya ada 1 atau 2 siswa yang mulai rajin mengerjakan tugas, saya anggap itu perubahan yang lebih baik. Karena saya yakin, dari yang sedikit itu akan menjadi banyak. Dari perubahan kecil akan muncul perubahan yang besar dan lebih baik tentunya. Jadi, jangan takut untuk melakukan perubahan, yang penting berani untuk memulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun