Mohon tunggu...
Pretty Luci Lumbanraja
Pretty Luci Lumbanraja Mohon Tunggu... Dosen - Your young lecturer and an amateur writing

Do, Calm, and Pray

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Penjara

16 Juni 2020   08:00 Diperbarui: 17 Juni 2020   17:00 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilusatrasi setangkai bunga yang tumbuh. (sumber: pixabay)

Satu hari bagaikan seribu tahun 
Sementara engkau tidak lagi menahun 

Hukum juga berkasta 
Sementara engkau tidak lagi merasa 

Aku hampa bersama mereka 
Sementara engkau berada di sisiNya 

Tanganku bersimbah darah 
Mereka penuh duka nestapa 
Palu sudah dipukul sah 
Pilu mereka sudah seperti dahaga 

Aku menyesal di sini
Disaksikan rasa sepi

Aku menangisimu
Ditemani angin menderu

Aku mengenang kisah kita
Di saat suka dan duka

Jika pisau itu tidak tajam
Emosiku kalah menerjang

Jika api tidak berkobar
Cemburuku berhenti membakar

Kupikir kau mendua
Nyatanya aku yang buta

Hari ini lauk apa?
Tidak pantas aku bertanya
Hari ini sayur apa?
Tidak pantas aku penasaran
Hari ini manis kopinya?
Tidak diizinkan aku merasakan
Hari ini bersihkan apa?
Tidak pantas aku heran
Hari ini aku diampuninya?
Kali ini kucoba tanya Tuhan

Sumatera Utara, 16 Juni 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun