Hidup memang keras, tapi kita tidak perlu takut melangkah. Yang perlu kita takuti adalah ketakutan untuk menjalani hidup itu sendiri, hingga akhirnya kita memilih pelarian semu demi kepuasan sesaat.
Kita sering terjebak dalam Inferiority Complex—rasa rendah diri yang mendominasi seluruh jiwa dan memvonis diri sendiri. Kita merasa lemah, tidak mampu, atau tidak berharga.
Padahal, hakikat pesan sahabat saya adalah: Jadilah apapun, tapi ingat kehambaanmu.
Ketundukanmu sebagai seorang yang lemah di hadapan-Nya adalah sumber kekuatanmu yang paling super.
- Jika engkau merasa kuat dengan iman dan pencapaianmu selama ini, jangan pernah lupa siapa pemberi kekuatan itu. Kekuatan itu bukan milikmu, melainkan titipan.
- Jika engkau merasa lemah dan futur, mungkin ada hal yang membuat hatimu tertutup dari sumber kekuatan abadi itu.
Jangan biarkan masalah menjadi masalah yang berlarut-larut karena kita takut menghadapinya. Kita semua punya potensi dan kekuatan unik. Jangan biarkan inferiority complex merampas kekuatan super yang sudah ada di dalam dirimu.
Memilih Menjadi Solusi
Pada akhirnya, hidup menuntut kita untuk memilih: menjadi sebuah solusi, atau menjadi masalah.
Mengakar kuat layaknya pohon bukan berarti diam; ia berarti memiliki fondasi spiritual yang kokoh, sehingga badai apapun yang menerpa tidak akan menumbangkannya.
Kehambaan adalah kesadaran tertinggi bahwa kita hanyalah goresan pada kertas, bukan kertas itu sendiri. Kita adalah pantulan cahaya, bukan matahari itu sendiri.
Dengan kesadaran penuh akan kehambaan, kita akan selalu bertindak rendah hati di puncak kesuksesan, dan berjuang keras di titik terendah.
Pilihlah untuk menjadi solusi, dengan kesadaran penuh bahwa kekuatan untuk menyelesaikan masalahmu datang dari sumber yang Maha Kuat.