Mohon tunggu...
Prayulia Ningsih
Prayulia Ningsih Mohon Tunggu... wiraswasta

lagi suka drakor

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Mengakar Kuat di Bumi, Bertumbuh Menuju Langit

14 Oktober 2025   08:24 Diperbarui: 12 Oktober 2025   09:38 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Mengakar Kuat di Bumi, Bertumbuh Menuju Langit: Mengingat Hakikat Kehambaan di Tengah Badai Kehidupan

Ketika Realitas Mengetuk Pintu Hati

Hidup adalah rangkaian masalah dan pilihan yang tak berujung. Inilah realitas yang sering kita postpone atau coba kita abaikan. Seorang bijak pernah berkata, "Jika kita tidak berani untuk bersikap, kita akan dilindas oleh roda zaman. Jika kita tidak menjadi bagian dari solusi, maka secara otomatis kita adalah bagian dari masalah."

Di tengah kebisingan dunia, pesan itu sampai pada saya. Tepat pukul 22:07:09, sebuah pesan singkat dari seorang sahabat menyentuh titik terlemah dalam diri, di saat gelombang keimanan terasa berada di titik jenuh dan kejenuhan. Pesan itu hanya terdiri dari beberapa kalimat, namun maknanya begitu mendalam:

"Jadilah apapun yang kau inginkan. Jadilah pohon yang mengakar dengan kuat ke tanah, jadilah matahari yang selalu menyinari bumi tanpa mengharap balasan. Jadilah kertas yang tak pernah menolak apapun tulisan yang menghiasi dirinya. Jadilah apapun, tapi jangan pernah lupa akan kehambaanmu."

Pesan ini bukan sekadar motivasi, melainkan pengingat fundamental tentang hakikat diri.

Baca juga: Bayangan Pram

Fitrah dan Titik Balik Kehidupan

Kita sering merasa bersyukur atas segala kondisi: bahagia, terpuruk, atau merana. Itu semua adalah fitrah yang diberikan kepada seorang hamba. Mengapa? Karena hanya dengan gejolak emosi dan kondisi ekstrem itulah kita menyadari bahwa kita hanyalah makhluk yang lemah, tunduk kepada Maha Pembolak Balik Hati.

Keimanan adalah gelombang transversal yang tak pernah diam. Hari ini kita mungkin merasa teguh, tetapi esok kita bisa terjerumus ke jurang kesesatan. Tidak ada jaminan kekal. Kekuatan untuk mempertahankan keimanan bukan terletak pada orang tua, sahabat, atau lingkungan. Mereka hanyalah tongkat penuntun yang mengantar kita ke tepian tujuan.

Pertahanan utama ada di dalam diri kita. Jika langkah kaki kita terasa berat, maka cukuplah hati kita sebagai penggerak yang dipertanyakan. Sudah sejauh mana hati itu tunduk dan mengingat hakikatnya?

Melawan Kompleks Rendah Diri dan Mencari Kekuatan Sejati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun