Secara resmi pemerintah melalui Menkopolhukam Mahfud MD menyatakan masih mengakui AHY sebagai Ketum Demokrat.
"Pengurusnya yang resmi di kantor pemerintah itu AHY, putra SBY yang sampai sekarang ada," kata Mahfud dalam tayangan video dari Humas Kemenko Polhukam, di Jakarta, Sabtu (6/3).
Dia menambahkan bahwa pemerintah menganggap belum ada kasus KLB Partai Demokrat karena bila KLB mestinya ada pemberitahuan resmi sebagai KLB.
"Kalau terjadi perkembangan orang dari kelompok di Deli Serdang melapor, lalu pemerintah menilai ini sesuai AD/ART atau tidak, penyelenggaranya siapa, baru nanti pemerintah memutuskan ini sah atau tidak sah, nanti silakan pemerintah akan berpedoman pada aturan-aturan itu," ujar Mahfud.
Kubu SBY kuat karena sesuai aturan memiliki AD/ ART. Dari sisi kemampuan, SBY mampu membangun sejak awal dan membesarkan partainya.
Pada Pemilu Legislatif 2019 yang telah ditetapkan KPU, Partai Demokrat berada di posisi ketujuh, dengan jumlah pemilih 10.876.507 (7,77 persen suara nasional). Dengan kepemimpinan dua periode sebagai presiden, jelas SBY mampu memenangkan persaingan di dua pilpres.
Dari sisi kerawanan, penulis melihat adanya keresahan dan tuduhan internal di kalangan kader Partai Demokrat sebagai partai dinasti atau partai keluarga. Informasi yang beredar, beberapa kader senior tidak puas dengan kepemimpinan AHY, disebut kurang mendengar aspirasi yang sepuh-sepuh.
Para inisiator KLB adalah mereka yang pernah dipecat, dan menurut pengamat politik Qodari, mengerucut ke kubu Anas, ini residu atas keputusan politik masa lalu SBY yang dinilai rawan. Kerawanan lain, titik mati politisi pada umumnya pragmatis, menutamakan kepentingan pribadi, lemah bila diiming-imingi uang atau jabatan.
Bagaimana nilai intel taktis kekuatan kubu Moeldoko? Sebagai Ketua KSP, pengaruhnya cukup besar, dia disegani karena dekat dengan pusat kekuasaan.
Dengan jabatannya, Moeldoko mudah membangun kekuatan. Melihat tokoh-tokoh yang mendukungnya, mereka dahulu adalah tokoh berpengalaman dan jagoan Demokrat, tapi kecewa kepada SBY, diantaranya Jhoni Allen, Nazaruddin, Darmizal, Ahmad Yahya, Max Sopaccua serta Mantan Ketua DPR Marzuki Alie dan lainnya.
Selain itu jelas ada kekuatan lain yang tidak muncul, seperti penyandang dana dan ada team under cover, yang mampu mengatasi hambatan dan tantangan, team ini menurut terminologi intelijen adalah "cut out" yaitu support agent.