Mohon tunggu...
ono Prayetno
ono Prayetno Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai semua Ciptaan Tuhan tanpa membeda bedakan

Bekerja sebagai Pramuwisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orangtua yang Khawatir

19 Agustus 2015   16:32 Diperbarui: 19 Agustus 2015   16:33 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orangtua yang khawatir.

 

Kemarin aku kedatangan seorang kawan yang sudah lama gak bertemu dia datang sendiri karena istrinya sudah mulai bekerja setelah liburan panjang lebaran kemarin.

 

Kami sudah lama sekali memang tidak bertemu hampir sepuluh tahun lebih, maklumlah namanya juga kami sudah punya kehidupan masing masing dan sama sama sibuk padahal kami tinggal disatu kota yang sama.

Dulu terakhir kami berjumpa sepuluh tahun yang lalu itu dalam pandanganku wajahnya masih ketat giginya pun belum ada yang jatuh alias masih utuh.


Tapi kemarin kulihat wajahnya mulai menua  rambutnya masih hitam tapi ketika aku menyatakan kekagumanku tentang rambut yang masih hitam itu dia bilang," ahh..rambutku ini sudah dicat ini, kalau tidak mana bisa hitam begini." Katanya sambil memegangi kepalanya dan kami saling tertawa.

Mentertawakan "ketuaan" kami yang rasanya begitu cepat menghampiri.padahal sepertinya baru kemarin saja kami bersama mengenakan seragam SMA tau tau jumpa sudah mulai tua. Hahaha..

Hidup memang tak terasa,

 begitu cepatnya putaran waktu pergi meninggalkan kita. 

Seperti kata kata orang bijak. 

 

"dalam hidup ini 50 tahun itu tak lama,  yang lama itu menunggu satu hari."

 

Kemarin itu kami banyak bercerita tentang berbagai hal dalam kehidupan kami masing masing dan kami saling menimpali satu sama lain karena memang dari dulu ketika kami masih muda kami suka saling ejek, saling mengganggu sehingga tidak ada kecanggungan yang membatasi kami walaupun isteriku mondar mandir dihadapan kami dengan kesibukannya sendiri.

 

Kawanku ini bercerita tentang dua anaknya yang sedang duduk dibangku kuliah di medan dan ceritanya masih datar saja tidak ada yang "surprise" tapi satu yang kucatat, cerita tentang anaknya  yang laki laki yang sedang berpacaran dengan seorang anak tokeh sawit dari pekanbaru yang mempunyai ladang sawit sampai beratus ratus hektar. 

 

Dia bilang padaku tentang kekhawatirannya tentang masa depan rumah tangga anaknya kelak kalau mereka berjodoh dia sangat khawatir kalau anaknya kelak jadi  "alas kaki" istrinya  karena kesenjangan ekonomi yang perbedaannya terlalu besar.

 

Karena itu dia berkeinginan kalau kelak putranya punya isteri dari kalangan orang biasa biasa saja dengan tingkat ekonomi yang selevel bahkan dia mengatakan ; "kalau bisa pun aku dapat besan dari kawan kawan yang sudah kenal lama, jadi kalau ngomong bisa lepas selepasnya  tanpa sekat," katanya sambil tangan kanannya menggapai stoples kacang tojin sisa hari raya sebulan yang lalu.

 

Aku hanya bilang, 

"Gak usah terlalu khawatir tentang masa depan anak mereka punya garis tangan masing masing yang sudah menjadi ketentuan Tuhan kemana dan jadi apa mereka kelak. kewajiban kita orangtua cuma memberikan"guidance" atau pengarahan dan kita bantu membetulkan bila ada  kita lihat sesuatu yang kita anggap salah pada diri si anak.

Sambil aku membetulkan posisi dudukku. 

Padahal dalam hati akupun sama juga terlalu mengkhawatirkan masa depan anak anakku..yaah..namanya juga orangtua terhadap anaknya.

Maunya orangtua anak sih.. seperti apa yang diinginkannya tapi orangtua sering lupa bahwa anak adalah pribadi yang lain dan bukan dirinya.

"Jadi berhentilah mengkhawatirkan anak..apalagi sampai memaksakan kehendak kita kepadanya."

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun