Mohon tunggu...
Praviravara Jayawardhana
Praviravara Jayawardhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang praktisi Dharma

Semoga seluruh alam semesta berbahagia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Mempraktikkan Metode Sukhawati

14 September 2018   15:42 Diperbarui: 14 September 2018   15:56 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pertama-tama perlu diketahui bahwa ajaran tentang  praktik meditasi Sukhawati ini adalah bersumber pada Sutra yang  diajarkan oleh Buddha Shakyamuni yang berjudul "Sukhvatvyha Stra",  dan di dalam Sutra ini beliau telah menguraikan suatu deskripsi tentang  bumi Sukhawati dan juga pujian-pujian tentangnya. 

Berdasarkan Sutra  ini, Je Rinpoche juga menggubah teks yang dinamakan "Kunci untuk Bumi  Mulia", yang telah diwariskan turun-temurun dan menjadi bahan bagi  Dagpo Lama Rinpoche Jamphel Lhundrup untuk menyusun sebuah teks yang  diberi nama "Tangga menuju Sukawati". (Dagpo Lama  Rinpoche Jamphel  Lhundrup adalah sosok kelahiran lampau dari Guru Dagpo Rinpoche yang  sekarang).

Teks "Kunci  untuk Bumi Mulia" mengajarkan kita cara melakukan yoga guru untuk  menyatukan atau memeditasikan hakikat dari guru spiritual kita dan  Buddha Amitabha. 

Apa tujuannya?

1.  Alasan paling utama adalah agar kita bisa memeditasikan maitri dan  karuna, yang kemudian bisa berkembang menjadi bodhicitta atau batin  pencerahan (berikut pandangan benar). Kemudian dari sini, kita bisa  membangkitkan bodhicitta yang betul-betul spontan, kemudian memasuki apa  yang disebut sebagai Marga Penghimpunan atau Sambara Marga. Ketika ini  terjadi, artinya kita telah menjadi Bodhisatwa dan takkan lagi terlahir  di alam rendah.

2. Jika  kita tidak bisa mencapai itu dalam kehidupan saat ini, paling tidak  kita bisa memeditasikan tahap-tahap jalan yang dijalankan bersama  praktisi motivasi awal, atau motivasi sedang, atau malah motivasi agung.  Paling tidak, kalau kita bisa memeditasikan Lamrim, kita akan bisa  mencapai realisasi atau pemahaman yang spontan terkait tahap-tahap yang  dijalankan praktisi motivasi awal. Dengan demikian, kita bisa  mendapatkan suatu kelahiran yang baik di kehidupan berikutnya, dan dalam  kelahiran yang baik itu kita masih punya kesempatan untuk melanjutkan  praktik yang telah kita awali dalam kehidupan saat ini.

Namun  meskipun kita berhasil, umpamanya kita berhasil dalam kehidupan ini  untuk menjamin diperolehnya kehidupan yang baik dalam kelahiran kita  yang berikutnya melalui praktik sila, praktik berdana dan sebagainya,  dalam arti kita bisa mendapatkan kondisi yang mendukung untuk mempraktikkan Dharma di kehidupan mendatang, tetap saja masih terbuka berbagai kemungkinan (misalnya melalui pengaruh teman-teman yang jahat)  untuk melakukan ketidakbajikan, menciptakan karma buruk, dan akhirnya  kehilangan kesempatan kita yang berharga sekali lagi. 

Hal ini tidak terlalu sulit untuk kita pahami. Kalau kita perhatikan lingkungan  sekitar kita saja, kita akan melihat bagaimana orang-orang yang awalnya  seorang praktisi yang baik akhirnya terlibat dalam segala macam  perbuatan negatif karena pengaruh teman-teman yang jahat. Kita harus  paham bahwa hal serupa juga bisa terjadi pada kita.

Salah  satu pemecahan untuk masalah ini adalah dengan mendapatkan kelahiran  kembali di Sukhawati, di mana kita pasti akan mempelajari dan mempraktikkan maitri dan karuna di sana, dan kemudian mempunyai  kemampuan untuk kembali ke bumi-bumi yang tidak suci untuk membantu makhluk lain. Demikianlah alasan kedua kenapa kita melakukan praktik  yoga guru terhadap Buddha Amitabha. Yang kedua ini tentunya tidak  semulia alasan pertama (yakni berpraktik untuk menyucikan diri kita dari  karma negatif, menghimpun karma positif, dan kemudian mencapai  bodhicitta agar bisa memasuki Marga Penghimpunan), tapi alasan yang  kedua ini sifatnya lebih praktis.

====

Tulisan di atas disarikan oleh Prawirawara Jayawardhana berdasarkan sesi-sesi pengajaran Guru Dagpo Rinpoche.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun