Mohon tunggu...
aven januarsa
aven januarsa Mohon Tunggu... -

Ketua Dep Pemuda DPD PDI Perju4ngan Jatim. Calon Legislatif DPRD Provinsi #Jatim Daerah Pemilihan #Gresik #Lamongan #PDIPJatim

Selanjutnya

Tutup

Politik

Globalisasi dalam Tinjauan Kritis Soekarno

31 Maret 2016   14:16 Diperbarui: 31 Maret 2016   15:35 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pravendi Januarsa : Globalisasi dalam Tinjauan Kritis Soekarno

[caption caption="Aven Januar"][/caption]……yang sebagian besar menggantungkan diri pada kerjasama dengan modal asing secara konvensionil adalah tidak sesuai dengan prinsip “Berdiri diatas kaki sendiri”…..(“Berdikari”-amanat Bung Karno dalam Pembukaan Sidang MPRS 11 April 1965)

Itulah Sedikit ramalan Bung Karno tentang kemungkinan bahwa adanya bantuan asing telah menciptakan ketidakmandirian Bangsa, serta secara tidak sadar telah menghancurkan masa depan dari suatu Bangsa yang serba tergantung tersebut. Hal ini yang harus menjadi perenungan bersama tentang Pembangunan Ekonomi yang tak terpengaruh oleh pola intervensi negara-negara kuat.

Sekarang ini sulit rasanya bagi kita untuk menghindar dari pengaruh globalisasi, hampir semua aspek kehidupan terimbas oleh globalisasi. Hal ini ditunjang juga oleh kemajuan teknologi komunikasi sehingga memungkinkan semakin hilangnya batas-batas Negara. Kemerdekaan Republik Indonesia yang diraih dengan susah payah dan pengorbanan jiwa raga pendiri Republik ini untuk mencapai kedaulatan negara justru saat ini batas-batas kedaulatan tersebut telah tersisihkan oleh arus Globalisasi.

Oleh karena itu penulis hendak mengetengahkan sebuah refleksi kritis kemunculan Globalisasi hingga jawaban kritis Bung Karno dalam penyikapan yang reflektif, evaluatif tetapi tetap memiliki kekuatan riil dalam menjawab Problem-problem utama yang muncul dalam Globalisasi. Yang terpenting adalah Bagaimana thesa Bung Karno dalam membangun kemandirian Bangsa Indonesia yang mungkin saat ini merupakan thesa dalam keterpurukan Bangsa Indonesia.

Globalisasi yang menyesatkan

Globalisasi dalam arti politik merupakan wujud dari hegemoni baru negara-negara Pemilik Modal dalam kerangka Penguasaan Negara-Negara Nirmodal. Menurut catatan Wallstreet Journal,1997 73% kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dikuasai oleh 7 Negara Kuat (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, Korea Selatan dan Belanda) sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan penguasaan kepada negara-negara selatan pada sektor teknologi hingga 20 tahun kedepan. Globalisasi merupakan manifestasi dari berkembangnya sistem ekonomi pasar yang berkembang pada pertengahan tahun 1960-an yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan beberapa negara besar di Eropa Barat.

………prinsip yang harus diikuti ialah prinsip persamaan kedaulatan bagi semua bangsa, hal mana tentunya tidak lain dan tidak bukan merupakan penggunaan hak azasi manusia dan hak-hak azasi nasional. Bagi Semua Bangsa-Bangsa harus ada satu dasar, dan semua Bangsa harus menerima dasar itu, demi perlindungan dirinya dan demi keselamatan manusia…….(“To Build The World Anew”-Pidato Bung Karno dihadapan Sidang Umum PBB ke-XV 30 Spetember 1960)

Dalam hal Globalisasi ini, Bung Karno menyatakan garis-garis yang tegas dalam Hubungan Kausalitas antar negara yang terjadi, batasan itu adalah penegakan hak segala bangsa yang dinamakan Hak Azasi Manusia. Hal ini mencegah terjadinya proses kausalitas yang ekploitatif yang tidak mengindahkan adanya kedaulatan politik suatu negara.

Batas antar negara yang semakin tipis dikarenakan kemajuan arus transfer kerjasama Internasional telah menciptakan ruang-ruang baru bagi negara-negara besar untuk semakin meningkatkan pengurasan Sumber Daya Alam pada negara-negara dunia ketiga. Yang mana salah satu dari negara dunia ketiga tersebut adalah Indonesia. Warga Bangsa pun tidak menyadari pada pola negara-negara besar tersebut untuk melakukan penguasaan pada berbagai sektor. Jika ini terus berlangsung maka seterusnya kita akan tergantung kepada negara lain. Indonesia berdasar pada tahun 2000 yaitu 68% penduduknya hidup dari sektor pertanian(agraris) dan sudah seharusnya kita mampu mencukupi kebutuhan pangan kita sendiri akan tetapi sejak pertengahan tahun 1997 hingga sekarang untuk menutupi kebutuhan Beras dalam Negeri Pemerintah Indonesia harus mendatangkan Beras Impor walaupun variabel jumlahnya tidak menentu. Hal ini membuktikan bahwa ketergantungan kita pada kebutuhan pokok dari negara lain, belum lagi adanya Gula Impor dan yang lain, secara tidak sadar Bahwa Negara Adidaya telah memperdayai kita dengan cara yang sangat halus. Dan hubungan yang diciptakan oleh negara adidaya bukanlah manifestasi dari hubungan produktif melainkan hubungan yang ekploitatif. Akhirnya Indonesia negeri yang kaya raya akan “dimiskinkan” dengan berbagai cara oleh negara lain. Hal ini mengalami kemunduran yang sangat hebat, seperti apa yang telah dikatakan oleh Soekarno :

……kita sekarang bangsa yang dihormati oleh kawan-kawan kita dan disegani oleh lawan-lawan. Kita sekarang bukan hanya bangsa yang diperhitungkan tetapi kita SANGAT diperhitungkan…..(“Capailah Bintang-bintang dilangit/Tahun Berdikari”-Pidato Bung Karno Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1965)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun