Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menanti Kiprah Kompasianer Bermata Coklat

23 Oktober 2017   15:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   22:30 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianival 2017 (Foto: Prattemm)

Perhelatan Kompasianival 2017 yang berlangsung pada 21 Oktober 2017 kemarin di Avenue of The Stars Lippo Kemang Jakarta Selatan, telah berlangsung dari pagi hari yang dibuka oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Namun baru dapat menginjakkan kaki di lokasi acara selepas pukul 15.30 WIB. Tepat saat masih berlangsungnya sesi sharing bersama kartunis Bang Wedha.

Ketika mencari kursi buat duduk, akhirnya bersua dengan gerombolan Kompasianer yang sering menjadikan Kompasiana Nangkring tempat pelarian dari kepenatan hidupnya masing-masing. Memang sih "Lo Lagi Lo Lagi", namun mereka inilah yang memiliki kesetiaan hadir sebagai mitra kerja klien Kompasiana dan menuliskannya di Kompasiana tanpa embel-embel goodybag yang berisi voucher belanja dan uang saku. Kalo kedua barang itu ada, dianggap sebagai bonus saja. Beda banget sama komunitas titiktitik yang agak matre. Oknum anggotanya baru nongol di Kompasiana kalo ada event berbayar dan beruang saku, atau setidaknya mungkin komunitasnya lagi nganggur sepi job... [Mimin Kompasiana yang kece-kece, Yuk Lari Mandiri Jakarta Marathon]

Wah, mau berkenalan dengan Kompasianer yang tak dikenal (terutama yang senior maupun dari daerah ) jadi bingung. Banyak bercampur baur dengan pengunjung umum [terutama 'Boys & Girls Zaman Now']. Namun mata ini sangat tertarik dengan tingkah laku 'Girls Zaman Now' yang cantik-cantik. Bir dan rokok, telah menjadi bagian gaya hidup mereka. Mungkin mereka tak menyadari bahwa segala sakit penyakit Zaman Now dan Zaman Future pastinya akan menimpa saat masa dewasa dan tua. Biasanya sih nantinya mereka akan menyalahkan kenapa ya harus kedatangan penyakit seperti ini...

Akhirnya datang juga sesi sharing bareng Om Arbain Rambey dan Gemala Hanafiah. Penasaran apakah foto jepretanku "Meneropong Zaman" akan dapat menyolek hatinya, hingga akan terpajang dalam layar raksasa dipanggung utama Kompasianival 2017. Wah ternyata tak satupun foto jepretanku dapat menggugah hatinya. Wah jadi memahami bagaimana foto jepretan akan dapat juara kontes foto, ketika Om Arbain yang menjadi juri tunggalnya.

Selepas magrib, akhirnya berkesempatan mengikuti kelas storytelling dengan bos Kompasiana Iskandar "Isjet" Zulkarnain. Isjet memberikan tips & trik bagaimana gaya bertutur seorang penulis blog (blogger) yang harus memiliki sudut pandang berbeda dari tulisan jurnalis media arus utama (mainstream). Malah tak perlu terjun ke lapangan dalam mencari narasumber, cukup duduk manis di layar komputer memanfaatkan berita-berita yang diproduksi para jurnalis bagi kantor medianya.

Wah, artikel "Matematika Tuhan Tak Pernah Salah" sudah membuktikannya lho. Memanfaatkan informasi & foto dari akun Instagram serta sebuah situs, hanya diperlukan modal beberapa megabytes kuota internet saja. Jumlah unique visitor telah mencapai lebih dari 2.500 mata lho. [dikalikan Rp 300,-, tinggal nunggu pasukan Rupiah terperangkap masuk rekening].

'online storytelling' bersama Isjet (Foto: Prattemm)
'online storytelling' bersama Isjet (Foto: Prattemm)
Eh tapi agak gimana juga judul artikel ini "diremehkan" sama salah satu peserta kelas storytelling. Isjet sempat mengajukan tantangan membuat judul artikel yang dapat menarik pembaca untuk segera dibaca. Kuacungkan tangan pertama kali dan kusebut judul "Matematika Tuhan Tak Pernah Salah". Akhirnya Isjet menanyakan ke salah satu peserta, apakah tertarik untuk langsung membacanya. Jawabannya: "judulnya terlalu abstrak", tak berminat untuk membacanya. [i see... biarlah Tuhan dan diriku yang tau]

Untuk mempraktekkan kembali storytelling dengan memanfaatkan informasi di beberapa situs, maka kutulis salah satu kenangan dalam Kompasianival 2017 ini.

Dalam Kompasianival 2017 ini, sempat berkenalan dengan seorang netizen yang memang belum berkesempatan bergabung dengan Kompasiana. Ngobrolnya sih tak sampai dua menit saja. Akhirnya yang kutau adalah nama panggilannya, tempat kuliahnya, akun media sosialnya [kok gak minta nomor WA-nya?, memang disengaja karena belum tentu dikasih hehe... Akun socmed ternyata dikunci lagi]

Dari nama panggilan serta fakultas tempat kuliahnya, kucoba minta bantuan Paman Gugel. Ada memang nama mahasiswi di fakultas tersebut, tapi wajahnya sangat berbeda nyata. Rasa penasaran banget, mengingatkan sesuatu pada sebuah situs dan akhirnya menemukan sebuah nama.

Kupanggil kembali Paman Gugel untuk dimintai bantuan dalam pencarian "hey hey Siapa Dia?". >>>>>..... Eh ternyata gadis ini pernah mengirimkan tulisan pendek bertema lingkungan hidup dan dimuat Harian Kompas pada bulan Februari 2007. Saat itu masih duduk di sekolah dasar kelas dua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun