Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Batu Hijau dengan Komitmen Pertumbuhan Berkelanjutan

18 November 2015   17:48 Diperbarui: 18 November 2015   18:09 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batu Hijau merupakan nama cebakan tembaga porfiri dengan emas dan perak sebagai mineral ikutan, dimana tambang terbuka yang terletak di Kecamatan Maluk & Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat - Nusa Tenggara Barat ( sebelah barat daya Pulau Sumbawa dan berjarak 81 km dari Mataram) ini dikelola dan dioperasikan oleh  PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT). 

Sesuai Kontrak Karya, kewajiban PTNNT adalah mengolah bijih intuk menghasilkan suatu konsentrat yang dapat dipasarkan. Setiap ton bijih yang diolah akan menghasilkan rata-rata 4,87 kg tembaga dan 0,37 gr emas. Perlu proses lebih lanjut untuk memperoleh kandungan logam berharga, karena masih bercampurnya dengan mineral lain yang tidak memiliki nilai ekonomis. Dalam proses pengolahan/pemurnian, setiap ton konsentrat mengandung rata-rata 250 kg tembaga dan 10 gr emas.

Sumber daya manusia yang aktif dalam pertambangan adalah 2400 karyawan kontraktor dan 3600 karyawan PTNNT. Ini memiliki komposisi 1% tenaga asing, 34% dari Sumbawa Barat, 30% dari NTB, 35% nasional (dari luar NTB). Dalam penerapan pertumbuhan perusahaan  yang efisien dan berkelanjutan, dilakukan standar tinggi dalam kesehatan dan keselamatan kerja yang sesuai aturan berlaku di Indonesia dan standar OHSAS 18001. Pengakuan akan penerapan standar ini, terbukti dengan Aditama Safety Award dari Kementrian Energi Sumber Daya Mineral RI sebagai perusahaan terbaik bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi perusahaan tambang di Indonesia.

Dalam sebuah operasi tambang tentu saja memiliki risiko dan potensi untuk merusak lingkungan hidup. Penerapan standar tinggi untuk pengelolaan lingkungan yang tepat diyakini sangat penting untuk pembangunan bekelanjutan di Batu Hijau.

Penggunaan Sistem Penempatan Tailing Laut Dalam (DSTP) untuk mengelola dan menempatkan tailing dibwah laut yang produktif secara biologis, dengan kedalaman 3000-4000 meter di bawah permukaan Samudera Hindia. Tailing merupakan batuan lumpur yang tersisa dari pengolahan batuan mineral. Hasil pemantauan terumbu karang, sedimen laut, ikan, ekologi muara dan mutu air, terus dievaluasi secara berkala oleh pakar berkompentensi dari dalam dan luar negeri serta disupervisi berkala oleh instansi pemerintah terkait. Sistem ini dapat terus diperpanjang masa izinnya oleh pemerintah, karena konsisten dengan data prediksi dalam AMDAL.  

Hingga pertengahan 2013 luas lahan yang telah direklamasi mencapai 725 hektar dari total 2532 hektar yang telah dibuka untuk area pertambangan. Penanaman kembali 79 jenis bibit  pohon lokal yang ditanam di area reklamasi. Percepatan penanaman kembali untuk meminimalkan luas tanah terbuka serta pencegahan errosi  yang dapat berpengaruh pada mutu baku air. Pengakuan akan penerapan standar ini, terbukti penghargaan Proper Hijau dan Biru dari Kementrian Lingkungan Hidup & Kehutanan RI dari tahun ke tahun.

Prinsip kesetaraan yang meyakini bahwa masyarakat sekitar tambang haruslah memperoleh manfaat ekonomi termasuk kesempatan kerja serta berusaha selama berlangsungnya hingga pasca kegiataan tambang berakhir. Penerapan program tanggung jawab sosial untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dilakukan melalui pengembangan ekoomi, pendidikan, kesehatan masyarakat, sosial dan budaya.

Telah tercatat hingga tahun 2012 sebanyak 249 proyek infrastruktur di sekitar area tambang berupa fasilitas ekonomi, sarana umum, kesehatan dan pendidikan. Terdapat pula lebih dari 150 pemasok dan 100 kontraktor lokal sebagai mitra kerja/usaha dengan total pembelanjaan jasa & barang mencapai 296 juta dolar AS. Untuk program tanggung jawab sosial yang mencakup pembangunan infrastruktur dan peningkatan kemampuan masyarakat, telah diserap 50 milyar rupiah per tahun. Ternyata masih ada tambahan dana bantuan sebesar 47 juta dolar AS kepada pemerintah daerah untuk percepatan pembangunan infrastruktur daerah.

Sejak tahun 2009 melalui teknologi budidaya padi SRI (System OF Rice Intensification) berhasil meningkatkan produksi petani di sekitar area tambang dari 4,59 ton menjadi 6,44 ton per hektar.

Bantuan pendidikan siswa kurang mampu sejumlah 3242 jiwa diterima oleh sebagian besar siswa di sekitar area tambang. Sementara tingkat SMP/SMA sederajat dan Perguruan Tinggi diterima oleh 9654 siswa seluruh NTB. Kedua program ini menjangkau 15% populasi siswa per tahun.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun