Mohon tunggu...
Dimas Pramadytha Fonda Endy
Dimas Pramadytha Fonda Endy Mohon Tunggu... -

Programmer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Meng-Agamakan Saya

7 Juli 2014   17:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:09 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dari sini juga kalo 2 Juta HA kita bisa produksi, akan mendapat ketahanan pangan yang luar biasa bahkan kita bisa mengimpor. Udahlah, si Prabowo tau banget masalah perkebunan dan persawahan juga peternakan. Ditambah 1 juta HA untuk Bio Etanol yang belum dihitung tenaga kerjanya. Dengan Bio Etanol terjamin juga untuk ketahanan energy terbarui. >_< Apa gw gila?

Ya ujung-ujungnya apreori masalah HAM, karena gw pancing dia bahas begituan. Ternyata mengiyakan, basi banget gak sih? Ya emang sih pasti pernah membunuh, ya namanya juga professional soldier. Gimana sih ente? Emang si Prabowo dia tidak pernah mengelak secara langsung masalah HAM ini, gentle banget gak sih? Anjrit nih si Papah. >_< Ngaku secara gak langsung memang membunuh, karena tentara professional. Gilingan Booo.. ~_~!

http://www.youtube.com/watch?v=J-Hi70bAw7s << Komitmen

Keunggulan Jokowi disini adalah kedetailan visi misi yang dibuat oleh pakar-pakar dari timnya. Sementara Prabowo hanya sebatas konsepsi besar yang tidak jelas.  Tapi lagi-lagi teori leader dan engineer, leader hanya mengkonsep dan engineer sebagai eksekutor. Itu udah hukum alam, jadi leader gak perlu pinter kerja, tugas dia adalah memberikan konsep dan meyakinkan teamnya agar tetap pada moral tertinggi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Karena presiden adalah jabatan umum bukan spesifik dan Prabowo lebih menguasai konsep kenegaraan dibanding Pak Jokowi.


Revolusi Mental ala JKW-JK (Nyokap gw pilih Prabowo tapi dia setuju banget sama Revolusi mental punya No.2), dalam moment ini gw debat sesame pendukung Prabowo. Ini (Revolusi Mental) memang bagus banget, bagus dan sangat brilliant ide ini. Tapi gw gak sejalan sama ide revolusi mental. Gw merasa mental antri, mental beradaptasi sama lingkungan, mental buang sampah sembarangan, mental di tempat umum (merokok), mental peduli lingkungan, mental menggunakan zebra cross, mental menggunakan jembatan penyebrangan dan mental-mental lainnya itu buat siapa? Gw gak ngerasa itu butuh dalam diri gw, karena mental yang gak gw punya adalah mental menaati Jalur Bus Transjakarta. Macetnya amit-amit! >_<


Revolusi mental sangat disepakati oleh salah satu seniman? Ya kita harus berani akui kelemahan dan fakta yang ada, kenapa ini terjadi? Mungkin karena setiap seniman tersebut melihat fansnya yang saling baku hantam sendiri sehingga revolusi mental itu diperlukan? Menurut gw itu susah banget, susah banget! Misal JKW JK terpilih, mental akan diperbaiki di sekolah-sekolah secara besar-besaran, diajarkan moral-moral baik selama 9 – 12 tahun, sementara masa jabatannya hanya 5 atau 10 tahun? Dan tingkat keberhasilannya palingan hanya 40%, kenapa gw bilang 40%? Misal anak lo udah diajarin revolusi mental dengan sebaik-baiknya di sekolah, tapi gimana dengan orang tua lo yang udah bebal? Jangankan lulusan SD, lulusan S1 aja ada yang bangga buang sampah sembarangan dan merokok dengan mengganggu kenyamanan individu lain. S1 begitu, temen kantor gw S2 dengan enaknya membuang tissue tidak pada tempatnya. Trus ketika mereka jadi ayah dan anaknya sok ngajarin orang tua yang seperti itu? Apakah akan berhasil? Pasti orang tuanya bilang,”Eh Tong, lo tau ape!?” Orang tua lebih mempengaruhi si anak dibanding sekolahnya yang sudah dengan susah payah menerapkan pendidikan dan revolusi mental tersebut, karena faktor terpenting adalah keluarga. Keluarga ujung tombak membentuk mental dan karakter. Jadi gw pikir revolusi mental memang perlu, tapi dibarengi dengan paksaan pemerintah yang tegas dan dengan gaya paksaan ala Prabowo diseluruh lapisan masyarakat (Ya lo tau lah maksud gw gaya Prabowo). Paksaan gaya Prabowo ini sangat penting dalam menyukseskan revolusi mental, bahkan menurut gw tanpa revolusi mental gaya Prabowo lebih manjur 90% (kedisiplinan military). Kenapa gw bilang gitu, tempat kerja gw deket pasfes (Pasar Festival – Kuningan, Jakarta) disana banyak orang bule, pokoknya WNA (Warga Negara Asing). WNA ini perilaku di Indonesia dengan perilaku di negaranya sendiri sangat berbeda 180 derajat. Ini gw contohin fakta, WNA di negaranya sendiri mana ada ngerokok sembarangan? WNA di Indonesia doang yang buang bungkus burger McD sembarangan. WNA di Indonesia aja yang tidak menggunakan zebra cross atau jembatan penyebrangan. Gw pernah ketimpuk rokok saat lagi jalan di 7eleven Pasfes dan gw tengok orang berambut pirang yang melakukan itu. WNA loh, WNA yang di negaranya sendiri sangat disiplin dan menaati aturan. Jadi gimana menurut lo? Sanksi tegas yang berdisiplin militer atau revolusi mental? Karena menanamkan kesadaran itu gak gampang lo mau brapa ratus tahun? Mau nunggu sesabar apa sampe bener-bener menyadarkan orang-orang bebal? Karena orang bebal gak akan sadar kalo cuma menunggu dia sadar. Come on jangan naif, hanya orang-orang yang takut saja yang gak mau nerima didikan secara disiplin militer. Cuma orang lemah, orang yang punya niat tidak baik takut sama disiplin militer jadi dia gak bisa ngapa-ngapain (buat gangguan apapun), tapi yang niatnya baik harusnya fine-fine aja kayak gw. J

http://www.youtube.com/watch?v=-ijAp5IeEsY

http://www.youtube.com/watch?v=Vi5l7h_YQx4


Dari dua video ini bandingin mana yang lebih efektif?

A.2. LINGKUNGAN

Awalnya dari lingkungan rumah yang udah ada gesekan antara nyokap yang Om Prabowo yang tegas dan Koalisi Merah Putih Gembroutsnya, Islamis sekali, apalagi setelah FPI bergabung(Ish FPI engga banget deh) menantang Jokowi yang sederhana dan kerjasama ramping serta Mamihnya yang didukung Bokap gw. Masing-masing pendukung jangan marah yah, pada saat ini gw coba netral disini dan pada hari dan waktu tersebut gw belum memilih siapapun. Bokap gw mulai membuka singgungan Mr. P-Man berkuda yang katanya tukang culik awas Ilang!!! JK!!! maksudnya Just Kidding bukan Jusuf Kalla loh. Hahahhaa.. J

Kedua, lingkungan kantor di Departemen tercinta gw (Geographic Information System) yang rata-rata orang dari Jawa dan lulusan-lulusan terbaik dan cumlaude UGM Jogjakarta dan mayoritas bukan dari Jakarta. Otomatis secara territorial dan emosional disana basis dari Om Jokowow. Gw doang nih yang dari campus swasta yang nyasar kesitu. ~_~!

Tapi ngerilah ini orang-orang disini bener-bener gak bijak banget (Padahal gw juga gitu), Tapi ini parah tingkat stadium akhir bebalnya.  Apalagi ada satu orang dari P*d*ng namanya Jaf, kalo ngomong gak ada data dan gak substansial banget, isinya celaan semua. Tadinya gw mau menyeimbangkan keadaan, ya salah satu sifat gw yang anti mainstream (Anti mengikuti pilihan yang biasa). Kalo udah ada yang mukul rame-rame gw gak akan mukul, tapi kalo blom ada yang mukul gw pukul duluan. Analoginya gitu lah. Tapi misi penyeimbangan gw gagal total. Gw dilawan sama lima orang Joko & Mega (PDIP Sejati) dan ditambah yang gak ikut tapi tiba-tiba nyela ngetawain kalo Prabowo di ledek. Serius, sebetulnya partai yang paling sejalan sama hidup gw adalah PDIP, kenapa? Merasa Marsis aja. Engga juga sih cuma menurut gw aja. Ya tapi sejalan lah. ^_^

Pertama disini bercandaan aja ledek-ledekannya dar-der-dor lah yang masih aman gw menganggapnya. Lalu dari isu 98 gw tergerak untuk mendebatkan, mereka semua secara apreori (menurut gw) menyatakan yang bersalah pasti, pasti, dan PASTI Mr. P Man berkuda satu-satunya orang yang bersalah. Gw coba dengan bijak ngejawab 98, “seharusnya bukan cuma Pak Prabowo yang tersangkut, pasti ada yang lainnya disitu”. Gw menganggap perasaan apreori mereka yang mengalirkan logika-logika yang ada dipikaran mereka yang pikirannya dipengaruhi data-data dari satu sisi (Inget, satu sisi gak bijak). Lalu seseorang membalas dengan nada biasa tapi bibirnya bergerak-gerak (kedet-kedet gitu kayak breakdance, sepertinya dia emosional sekali) katanya ,”Pasti itu udah terbukti, dia dipecat mau kudeta”.  Gw belum punya data waktu itu, jadi gw dalam hati bilang “Emang lo 98 disini? (karena mereka bukan orang Jakarta)”. Dan berbekal fasilitas internet di kantor saat istirahat gw coba browsing data-data 98 dan akhirnya gw brani jawab dari data itu. Nih ada data dari ref ini, “Pada saat itu atasannya (Wiranto) menghadiri upacara pasukan reaksi cepat gitu deh padahal staffnya sudah bilang tidak perlu menghadiri upacara tersebut karena intelegence  sudah bilang keadaan Jakarta sudah genting. Dan untuk masalah kudeta kerusuhan (gw lupa bahasanya gimana)”. Intinya gw bilang,”Harinya gak sinkron dengan tuduhan hari kudeta”. Si Bang F*b*r yang mengenyam pendidikan Master (Wes keren kan, lawan debat gw S2 coy.. ^_^ Ayey!),”Dia itu melanggar HAM!”.  Gw tanya ,”Tau dari mana dia melanggar HAM?”.  “Udah jelas dia gak boleh ke Amerika di Banned”. Mereka berlima rame banget ngeledek saya seolah jawaban si Master S2 yang sudah pasti dan gak mungkin gw balas jawaban mereka saat mereka riuh begitu, dari kearoganan pendukung-pendukung Jokowi dan gw yang keras kepala cari lagi info di www.yahoo.co.id dan ketemu artikel masalah PM India yang tadinya di banned ke Amerika karena dicap pelanggar HAM oleh negara Paman SAM sekarang menjadi PM di India memalui rakyatnya dan bisa ke Amerika (Walaupun alasan Amerika membuka bannednya realistis karena tugas negara). Ya gw pake dalil itu untuk menyeimbangkan pikiran-pikiran mereka. Gw selalu bilang,”Kenapa waktu Megawati berpasangan dengan Prabowo isu ini gak ada?”. Mereka semua diam aja gak ada yang menanggapi jawaban gw. Seolah keledai pecundang yang tidak sportif , menanggapi kalimat teman bertukar pikirannya. Hening sampai disitu seperti bumi berubah dari siang menjadi malam secara drastis.

Tapi yang mau gw tekanin pada point ini, pelanggar HAM gak selamanya kotor dan tangannya selalu berdarah, dia juga bisa cuci tangan dan membersihkannya. Karena sesungguhnya sudut pandang militer dan sudut pandang HAM itu sangat-sangat berbeda 360 derajat. Gw analogikan seperti ini, andai gw jadi atasan dan gw udah tau bakalan ada atasan lain dengan niat pasti mau tusuk anak buah lo sampe karirnya mati. Apa yang gw lakuin? Gw pasti tusuk dia duluan, karena level gw sama. Begitu juga di lapangan (sisi pengaman negara), ketika anak buah gw yang berbaris rapih mau dilempar bom molotov dan gw bukan pengambil keputusan pada saat itu, apa gw diam aja liat anak buah lo dibakar?  Gw akan telp dulu yang pengambil keputusan, ternyata yang gw telp gak bisa dihubungi dan gw sangat tau dan paham harus bertindak cepat. Gw pasti bilang Hantam Mereka!!! (Asik berasa Joe Dalshim Street Fighter, eh salah JT FF << yang ngerti Jokowi doang nih). Ketika ada orang yang ingin menyelakai Negara ini (Ibu Pertiwi Indonesia Raya), militer yang sangat cinta tanah air yang menganggap stabilitas Ibunya diganggu dan diguncang? Apa yang lo lakukan sebagai pelindung Ibu atau kekasih lo yang lo cintai? Kalo gw bakalan bunuh siapa aja yang mau mencelakai dan melukai orang yang gw cintai! Tanpa ragu-ragu! Dan gw akan bertanggung jawab atas tindakan yang benar yang sudah gw lakukan. Tapi gimana dengan atasan gw? Ya ini pengalaman pribadi sih, gw udah ngalamin dapet partner yang sebagai team leader yang lari dari tanggung jawab.

Lalu masalah penculikan dan peluru tajam yang ada di lapangan? Kita lihat dulu sisi lain kepentingan P**RI atau orang-orang yang mau menjatuhkan Mr. P Man berkuda Lexus, disana ada kepentingan yang mau membagi kekuasaannya yang tadinya satu kesatuan dibawah Angkatan Darat menjadi terpisah. Itu juga harus dipertimbangkan, apakah ada black mission didalam operasi militer? Harusnya kita bijak dengan menanggapi HAM ini. Dan seharusnya petinggi TNI berani menyelesaikan masalah ini, bukan sekarang waktunya untuk menghentikan calon presiden dengan isu yang sudah basi.

Dan ada satu yang harus dilogikakan, saya rasa rezim Soeharto adalah rezim ditaktor dan bisa gw anggap gak bereslah kalo bahasa gampangnya (Menurut gw loh). Jadi, orang yang dipecat pada saat itu apakah juga gak beres/benar? Orang yang dipecat sama orang-orang yang gak beres/ gak benar bukannya malah mereka sesungguhnya beres/benar? PIKIR!!! Kalo kata Cah Lontongs!!! Menurut gw sih cuma konspirasi politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun