Mohon tunggu...
Adistya Pramaresa Katamsi
Adistya Pramaresa Katamsi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Berkuliah di Universitas Pendidikan Indonesia. Memiliki minat terhadap dunia pendidikan dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peta Buta Pendidikan Kita: Saat Tujuan Belajar Hanya Jadi Pajangan Rencana

17 September 2025   17:15 Diperbarui: 17 September 2025   17:12 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ThumbPeta (Sumber: Pribadi)

Anak Jago Hafalan Tapi Gagap Kehidupan, Salah Siapa?

Pernahkah kamu melihat seorang siswa yang nilainya selalu sempurna di rapor, hafal semua rumus di luar kepala, tetapi bingung setengah mati saat diminta menyelesaikan masalah sederhana di dunia nyata? Ia mungkin bisa menyebutkan semua ciri-ciri ekosistem, tetapi tidak tahu harus berbuat apa saat melihat sampah menumpuk di lingkungan sekitarnya. Fenomena ini ironis, namun nyata adanya. Kita sering terjebak memuji anak yang "pintar" di atas kertas, tanpa bertanya, "pintar" untuk apa? Jangan-jangan, selama ini kita hanya memberi mereka daftar belanjaan tanpa peta dan tujuan, lalu berharap mereka sampai di tempat yang benar, YA, CUMA BERHARAP.

Bukan Sekadar 'Pokoknya Paham', Inilah Peta Belajar Sebenarnya

Di dunia pendidikan, ada istilah yang terdengar teknis tetapi sebenarnya sangat mendasar: Tujuan Pembelajaran. Sederhananya, ini adalah jawaban dari pertanyaan, "Setelah belajar bab ini, siswa diharapkan bisa melakukan apa?". Selama ini, banyak tujuan pembelajaran yang terjebak dalam kata-kata abstrak seperti "memahami," "mengerti," atau "mengetahui." Masalahnya, bagaimana cara kita mengukur pemahaman seseorang?  Apakah dengan melihat anggukan kepalanya saat guru menerangkan?

Robert Mager (1962) pernah menawarkan formula ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree) sebagai solusi:

  • Audience: siapa yang belajar? (misalnya, peserta didik kelas XI)

  • Behavior: perilaku apa yang bisa diamati? (misalnya, mampu menganalisis teks)

  • Condition: dalam kondisi apa? (misalnya, lewat diskusi kelompok)

  • Degree: standar keberhasilan apa? (misalnya, ketepatan minimal 80%)

Dengan kerangka ini, tujuan seperti "Siswa memahami teks eksposisi" berubah menjadi:
"Peserta didik kelas XI mampu menganalisis teks eksposisi melalui diskusi kelompok dengan ketepatan minimal 80%."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun