Mohon tunggu...
Prahasto Wahju Pamungkas
Prahasto Wahju Pamungkas Mohon Tunggu... Advokat, Akademisi, Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa (Belanda, Inggris, Perancis dan Indonesia)

Seorang Advokat dan Penerjemah Tersumpah Multi Bahasa dengan pengalaman kerja sejak tahun 1995, yang juga pernah menjadi Dosen Tidak Tetap pada (i) Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, (ii) Magister Hukum Universitas Pelita Harapan dan (iii) Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang gemar travelling, membaca, bersepeda, musik klasik, sejarah, geopolitik, sastra, koleksi perangko dan mata uang, serta memasak. https://pwpamungkas.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia di Persimpangan Geopolitik Global

28 Mei 2025   11:30 Diperbarui: 28 Mei 2025   13:25 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdana Menteri Li Qiang dan Presiden Prabowo Subianto (Sumber/Kredit Foto: South China Morning Post)

Kesimpulan: Arah Baru atau Strategi Lama?

Kedekatan Indonesia dengan Russia dan Tiongkok bukan hal baru di era Prabowo, melainkan kelanjutan dari kebijakan luar negeri era Presiden Joko Widodo yang lebih pragmatis dan menempatkan kepentingan ekonomi di atas ideologi geopolitik.

Dalam konteks perang Russia-Ukraina dan ketegangan Amerika Serikat-Tiongkok, posisi Indonesia tetap bebas aktif, tetapi dengan kecenderungan untuk menjaga hubungan baik dengan semua pihak, khususnya mereka yang bersedia bekerja sama tanpa syarat politik yang ketat.

Langkah-langkah diplomatik Presiden Prabowo Subianto menunjukkan upaya Indonesia untuk memperkuat posisinya di panggung global. Meskipun ada indikasi kedekatan dengan Tiongkok dan Russia, politik luar negeri Indonesia masih tetap berpegang pada prinsip bebas aktif, dengan menyesuaikan strategi diplomatiknya sesuai dengan kepentingan nasional dan dinamika global.

Dalam dunia yang semakin multipolar, Indonesia berusaha memainkan peran sebagai kekuatan penengah yang dapat menjembatani kepentingan berbagai pihak. Apakah ini merupakan arah baru atau kelanjutan dari strategi lama dengan pendekatan yang berbeda, waktu yang akan menjawabnya.

======================

Catatan: Artikel/opini ini sepenuhnya disusun berdasarkan informasi dan analisis kontemporer yang didapat dari theaustralian.com, Reuters, liputan6.com, South China Morning Post dan AP News

Jakarta, 28 Mei 2025
Prahasto Wahju Pamungkas

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun