Baca juga tulisan penulis terdahulu: "Mengenal Raja Belanda Louis Napoleon Bonaparte dari Hukum Perdata Indonesia".
Hari ini, tepat 214 (dua ratus empat belas) tahun yang lalu, masa jabatannya berakhir.
Herman Willem Daendels (lahir di Hattem, Belanda, 21 Oktober 1762 -- wafat di Elmina, Gold Coast (Afrika), 2 Mei 1818) adalah seorang patriot Belanda yang mengambil tindakan sendiri pada tahun 1786 ketika ia tidak diangkat oleh Stadhouder Pangeran Willem V van Oranje-Nassau.
Ia kemudian berlatih menjadi seorang prajurit dan melarikan diri ke Perancis utara ketika Stadhouder Willem V tersebut dikembalikan ke kekuasaannya. Setelah Revolusi Batavia ia menjadi jenderal.
Dari tahun 1808 hingga 1811 ia menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda di bawah pemerintahan Raja Louis Napoleon Bonaparte (adik Kaisar Napoleon Bonaparte) dan di bawah pemerintahan Raja Napoleon Louis Bonaparte (anak Raja Louis Napoleon Bonaparte).
Pada tahun 1815 Daendels diangkat menjadi Gubernur Jenderal wilayah jajahan Belanda di Pantai Emas (Goudkust/Gold Coast) Afrika di bawah pemerintahan Raja Willem I, anak dari Stadhouder Willem V.
Seorang Gubernur Jendral yang berpaham republiken revolusioner, visi dan misinya adalah memperkuat Hindia Belanda agar tidak jatuh ke tangan Inggris.
Daendels terkenal sebagai kekuatan pendorong di balik pembangunan Grote Postweg (Jalan Raya Pos) di seluruh Jawa. Pekerjaan ini, jalan dari Anyer ke Panarukan, terutama memiliki tujuan militer: pergerakan pasukan yang cepat.
Selain itu, sejak tahun 1810 jalur ini menjadi jalur cepat untuk mengangkut surat dan pelancong dengan kereta pos dan penduduk Jawa dapat lebih mudah mengangkut barang dagangan mereka dalam jarak yang jauh.
Perjalanan dari Batavia ke Semarang hanya memakan waktu 3 sampai 4 hari, bukannya 10 sampai 14 hari. Jalan penghubung, yang panjangnya sekitar 1.000 kilometer, diselesaikan dalam waktu satu tahun dan menelan korban sekitar 12.000 pekerja paksa.
Akan tetapi, hal ini juga dipandang oleh para sejarawan Indonesia di kemudian hari sebagai suatu pencapaian penting karena memungkinkan untuk mencapai wilayah lain di Jawa dalam waktu beberapa hari, bukan minggu.