Mohon tunggu...
Prabu Bathara Kresno
Prabu Bathara Kresno Mohon Tunggu... Lainnya - Analis Konsultasi dan Bantuan Hukum

Dalam Asa, Rasa, Cipta, Karsa dan Karya Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lain Sisi: Pendamping PKH, Punya Cerita

27 Mei 2017   22:11 Diperbarui: 11 Juni 2017   12:38 1318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KU...KU...RU...YUUUUUKKK.......sayup terdengar ayam jantan berkokok menandakan pagi telah kembali, dengan malas kuajak tubuhku menjauh dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku adalah seorang wanita berkeluarga, sehingga sudah menjadi kewajiban bagiku untuk melakukan rutinitas seperti membuat sarapan hingga menyapu halaman.

Kulirik jam dinding berwarna biru tepat menunjukkan pukul 08.00 WIB, terlihat logo PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) disana,  cindera mata yang kudapatkan pada Desember 2013 saat acara Pemantapan Pendamping dan Operator di Ji-Expo-Jakarta, anganku melayang sejenak.....teringat saat MARS PKH diperdengarkan untuk pertama kalinya.

Akhirnya diriku siap memakai pakaian seorang Pendamping  untuk turun lapangan,   kupastikan sekali lagi pakaianku dengan melihat kaca jendela....terlihat disana seorang wanita dengan perawakan tinggi, sekitar 165cm, berbadan lumayan besar, berkaca mata, berkaos biru, bercelana jins, memakai kerudung hampir senada dengan kaosnya dan bersepatu bot, sepatu dengan merk PKH adalah sepatu kebanggaannya.

Jarak tempuh tempat tinggal dengan Kecamatan dampinganku kurang lebih 10 Km, jika memakai angkutan umum hanya menghabiskan waktu sekitar 45 menit, dibandingkan sebagian rekan seperjuangan yang sampai menghabiskan waktu berhari-hari bila ingin kunjungan ke rumah Keluarga Penerima Manfaat (KPM), keluar masuk hutan, melewati sungai berarus yang deras membahayakan. Aku harus sangat bersyukur dan harus merasa malu jika kerjaku tidak sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) seorang pendamping program.

Kegiatan pendampingan sosial yang aku tahu mencakup lima aspek, yaitu : fasilitasi, mediasi, advokasi, konsultasi dan promosi. Seorang pendamping PKH biasanya lebih berperan dalam advokasi dan konsultasi. Advokasi adalah mewakili dan membela kepentingan anggota masyarakat dalam memperjuangkan hak orang lain, hal ini sesuai dengan yg tercantum dalam Buku Kerja Pendamping tahun 2009, yaitu : “Sebagian orang miskin tidak memiliki kekuatan apapun, tidak memiliki suara dan kemampuan untuk memperjuangkan hak mereka yg sesungguhnya, untuk itu mereka membutuhkan pejuang yang bersuara untuk mereka dan mendapatkan hak yang patut mereka peroleh.” Selain advokasi, kegiatan lain seorang pendamping sosial adalah memberikan konsultan, pendamping harus bisa memberikan solusi ketika KPM mengalami satu permasalahan yg terkait dengan kewajiban dan hak mereka sebagai keluarga miskin. Advokasi dan konsultasi adalah contoh dari beberapa tugas pendamping lainnya seperti yang tertera dalam Cheklist Kinerja Pendamping :  kordinasi, sosialisasi, kunjungan Fasilitas Pendidikan (Fasdik) dan Fasilitas Kesehatan (Faskes), pendampingan saat pembayaran dan masih banyak lagi.

"Tok tok tok.......Assalamualaikum.......", kuketuk pintu salah satu rumah KPM dampinganku sekaligus ketua kelompok di Dusun Cisero Desa Pasirhalang Kecamatan Sukaraja, "Waalaikum Salam....", terdengar jawaban dari dalam rumah, tempat tinggal Pak Nana adalah sebuah rumah yg cukup sederhana, rumah yang hanya berukuran 4x4 meter persegi, dengan dua kamar, dindingnya setengah terbuat dari kayu dan setengahnya lagi adalah bilik anyaman yang terbuat dari pohon Awi, "eh...geuningan si eneng, meni asa rareuwas ieu teh, aya naon nya neng ?", (eh ternyata eneng, saya sampai kaget nih, ada apa ya neng?), pasti kalimat itu yang selalu terucap dari mulut peserta PKH dampinganku jika rumahnya kukunjungi, "bade eta tea pak, hoyong dijajap ka bumi anggota kelompok", jawabku, akhirnya hari itu......aku dan pak Nana menghabiskan hari bersama dengan mengunjungi 26 rumah KPM di Dusun Cisero, kunjungan harus selalu aku lakukan minimal tiga bulan sekali untuk mengetahui apakah anggota keluarganya yang mendapat kan PKH tinggal bersama atau tidak ?

Apakah anak usia sekolah berangkat ke sekolah atau tidak? apakah taraf hidup

mereka sudah meningkat? dan banyak lagi pertanyaan yang akan muncul di benakku saat melakukan kunjungan, sehingga omong kosong jika ada pendamping yang tidak menemukan masalah di lapangan karena jika kita ke lapangan biasanya masalah itu akan kita ketahui sendiri.

Kegiatan hari itu menghasilkan Kaki pegal karena berjalan lumayan jauh, pundak yang terasa berat karena menggendong ransel dan rasa malu terhadap Pak Nana karena aku beberapa kali terjatuh saat melalui pematang sawah dan menghasilkan juga beberapa kantong keresek berisi tutut, rengginang mentah dan pisang yang terpaksa kubawa karena beberapa KPM memaksaku agar menerima pemberian mereka, selama yang mereka berikan bukanlah Barang berharga ataupun rupiah pasti aku terima jika mereka memaksa. Akhirnya aku pulang ke rumah, beristirahat dan mempersiapkan diri untuk kerja lapangan esok harinya. To be continued or The End ? (Inay/PKH Kabupaten Sukabumi)

Editor: KAS/JSK

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun