Mohon tunggu...
Mikhael AryaP
Mikhael AryaP Mohon Tunggu... Freelancer - Bene Cantat Bis Orat

violinist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori Spiral of Silence + Contohnya

1 April 2020   12:50 Diperbarui: 14 Juni 2021   08:27 14565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teori Spiral of Silence. | freepik

Teori Spiral Of Silence atau yang biasa dikenal dengan teori Spiral keheningan merupakan sebuah teori yang berkaitan dengan opini masyarakat antara masyarakat mayoritas dan masyarakat minoritas , teori ini membahas awal mula terbentuknya opini publik di masyarakat .

Baca juga: Pengemukaan Teori Komunikasi Secara Luas Oleh Morissan

Dalam teori ini opini masyarakat mayoritas akan menekan opini masyarakat minoritas ,sehingga muncul sebuah keraguan dari sisi minoritas untuk mengeluarkan opininya dikarenakan adanya ketakutan akan kaum mayoritas dan sehingga opini kaum minoritas seakan -akan seperti terisolasi dan tidak bebas.

Baca juga: Memahami Teori Komunikasi Berdasarkan Negosiasi Wajah

Teori ini dikemukakan oleh Elizabeth Noelle Neuman,yang merupakan seorang sosiolog,pakar politik  dan jurnalis Nazi Jerman. Pada dasarnya  teori ini tergantung dari sebuah pendapat yang diharapakan oleh masyarakat serta pendapat yang dipikirkan masyarakat, dalam teori ini hanya ada 2 asumsi ,yakni opini yang dapat diterima oleh masyarakat  serta opini yang ditolak .

Baca juga: Pendekatan Teori Komunikasi Internasional

Contoh : kasus Ahok menistakan agama , kaum mayoritas beropini bahwa Ahok benar-benar menista agama sedangkan kaum minoritas beropini sebaliknya , disini opini kaum mayoritas menekan opini minoritas sehingga muncul pendapat umum bahwa Ahok menista agama ,sehingga kaum minoritas menjadi ragu untuk menyuarakan pendapatnya ,dan opini kaum mayoritaslah yang diterima oleh masyarakat.

Sumber: (https://pakarkomunikasi.com/teori-spiral-keheningan) 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun