"Aku mau jadi dokter, Nek. Biar bisa menyembuhkan pecandu-pecandu narkoba dan  mengobati nenek." Kata Mimi setelah lulus SMP.
"Nenek akan membiayai sekolahmu,Mi. Hanya kamu keturunan Nenek yang waras dan bisa diandalkan, bahkan semua warisan nenek akan jatuh padamu kalua kamu bisa jadi dokter dan mengurusi Nenek sampai akhir hayat." Janji Nenek Warsi dengan menangis.
Benar saja, begitu lulus Mimi menjadi dokter umum walau belum magang, si Nenek langsung membuat surat wasiat kalau dia meninggal, akan memberikan semua hartanya ke Mimi.
"Aku sebenarnya mau jadi dokter jiwa, agar bisa mengobati pecandu narkoba biar dapat melepaskan diri dari barang haram itu tetapi terkadang ingin menjadi dokter bedah plastik biar bisa memperbaiki selaput dara semua gadis yang diperdaya lelaki oleh rayuan atau obat bius atau paksaan, sehingga harga dirinya rusak seiring koyaknya selaput darah itu. Karena negeri kita masih negeri pemuja selaput dara." Kata Mimi pada teman-temannya koas perempuan saat menjalani stase di bangsal kebidanan tahun 2019 silam. Di bangsal itu mereka jaga 1 minggu penuh di rumah sakit setiap 2 minggu selama 8 minggu dan menyebabkan semua curhat sampai masalah paling pribadi sekalipun.
Tetapi di tahun 2020 ini kala dunia dilanda pandemi, Mimi merasakan semangat membara ingin membantu pasien-pasien yang terkena infeksi menular.
"Ternyata ladang pengabdian tidak boleh hanya sebatas dendam atau derita masa kecil. Negeri ini masih bergelut dengan kemiskinan, kebodohan, kejorokan dan infeksi. Akan lebih banyak membantu kalau aku belajar itu." Dan mulailah dia berpikir mau ambil spesialis paru atau penyakit dalam atau parasitology atau mikrobiologi atau ilmu biomolekuler supaya dapat membuat vaksin untuk semua penyakit menular.