Mohon tunggu...
Poedjiati Tan
Poedjiati Tan Mohon Tunggu... profesional -

Co-founder NLP Coach Indonesia. yang bergerak dibidang Business Consultant dan pelatihan dengan teknik NLP dan juga soft skill lainnya. Direktur Penerbit EnerJik Kharisma yang menerbitkan buku NLP, pengembang diri dan juga Novel. Psikolog di Bina Grahita Mandiri. Master Psikologi, Master Practitioner NLP, Certificate Advanced coach NLP. Sertifikasi untuk HRD dan penggajian karyawan penulis untuk penelitian psikologi, prilaku manusia, dan juga penulis entrepreneur dan bisnis. Desainer buku Aktif di beberapa organisasi masyarakat dan perempuan. Co founder Konde Institute media alternatif berbasis online. Dosen LB di Universitas Ciputra Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Same Sex Marriage

28 Juni 2015   18:23 Diperbarui: 28 Juni 2015   18:35 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebetulnya essensi dari same sex marriage bagi teman-teman LGBTI bukanlah hanya membentuk sebuah keluarga atau bisa tinggal bersama tapi lebih dari sekedar itu. Bagaimana Same Sex marriage ini mengakui keberadaan, mendapatkan keadilan dan kesetaran bagi LGBTI secara hukum dan dilindungi oleh negara.  LGBTI Memiliki akses atau Kapasitas untuk menggunakan sumberdaya dan sepenuhnya berpartisipasi secara aktif dan produktif (secara sosial, ekonomi dan politik) dalam masyarakat termasuk akses ke sumberdaya, pelayanan, tenaga kerja dan pekerjaan, informasi dan manfaat).

Dalam keluarga (Pasangan lesbian atau gay) mempunyai partisipasi yang sama, diartikan sebagai “Who does what?” (Siapa melakukan apa?). berpartisipasi yang sama dalam proses pengambilan keputusan atas penggunaan sumberdaya keluarga secara demokratis.  Paangan lesbian atau memiliki kontrol yang sama sebagai ”Who has what?”(Siapa punya apa?). mempunyai kontrol yang sama dalam penggunaan sumberdaya keluarga. Misalnya dapat memiliki properti atas nama keluarga (berdua).

Terdapatnya jaminan sosial pada pasangan lesbian dan gay ketika mereka bersama. Seperti kita ketahui seorang gay atau lesbian yang bekerja di perusahaan tidak ada tunjangan atau jaminan kesehatan atau rumenerasi lainnya untuk pasangannya seperti halnya karyawan hetero. Atau ketika terjadi kekerasan dalam relasi akan ada kejelasan hukum dan pasangan bisa melaporkan.

Meskipun kita tidak pernah tahu berapa lama hal itu akan terjadi, dan norma keluarga seperti apa yang akan digunakan? Norma heteronormative atau akan ada norma baru yang tercipta. Tetapi setidaknya itu membuat kita berjuang dan tidak berhenti berharap. Dan bila itu terjadi maka ada perubahan besar pada tatanan kehidupan masyarakat di Indonesia. Setidaknya teman-teman LGBTI tidak mengalami kekerasan atau diskriminasi, bisa mendapatkan penghidupan yang layak, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, tempat tinggal. Akan ada banyak cinta kasih dan toleransi yang sangat besar,  akan banyak masyarakat yang bisa menghargai orang lain dan welas asih. Maka Indonesia akan menjadi tempat yang paling damai dan menyenangkan.

 

Referensi :

Simone de Behauvoir, The Second Sex, (New york: library of congress cataloging in publication data, 1953),p.425

Puspitawati, H. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. PT IPB Press. Bogor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun