Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Ngayal Bebas dari Polemik Naturalisasi Atlet Sepak Bola Nasional

26 Januari 2022   10:44 Diperbarui: 26 Januari 2022   10:46 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa menyebut nama ada pesepak bola naturalisasi begitu main di sini jadi selebriti, pasangan gonta ganti, hobi dansa dansi, tak ada prestasi, lalu tak terdengar lagi.

Bila kebijakan naturalisasi dilakukan tanpa rencana dan tujuan yang jelas bisa dipastikan mereka hanya akan jadi pemanis timnas atau pemompa motivasi yang temporer saja. Bermain sepak bola adalah permainan tim, sehebat-hebatnya pemain tanpa ada kekompakan tim, saling percaya dalam tim, dan kerja sama tim, tak akan bisa menjadi tim yang hebat. 

Sebagai masyarakat awam yang gregetan melihat prestasi olah raga tanah air terkadang suka ngayal bebas seandainya dilakukan ini dan itu. Apakah para pengurus dan semua stakeholders yang terkait juga suka ngayal untuk mencari ilham apa langkah yang seharusnya dilakukan atau minimal dicoba dengan segala kondisi yang kita punya?

Berbicara mengenai "rekayasa" pemain naturalisasi perlu dibedah mengapa perlu pemain tersebut? Tebakan saya karena postur dan daya tahan pemain kita yang tipikal melayu ya memang gen-nya seperti itu, misalnya masalah tinggi badan, struktur tulang, postur badan, yang tentu berbeda dengan gen-nya orang Eropa atau Afrika.

Seperti pelatih timnas Shin Tae-yong bilang di media, bermain sepak bola mau tidak mau harus ada body, oleh karena itu latihan beban seharusnya rutin dilakukan. Dapat dipahami, sehebat apa pun pemain nasional kita dengan tinggi badan rata-rata di bawah 180 cm dan postur otot seadanya akan kalah saat adu body di lapangan dengan pemain yang tinggi badannya hampir 2 meter dengan postur tegap berotot proporsional.

Lihat saja postur dan tinggi badan pemain Eropa yang "menguasai" persepakbolaan dunia, tinggi badan, postur badan, otot, semua tampak proporsional. Meskipun lagi-lagi ada pengecualian untuk bakat luar biasa seperti Maradona, Messi, atau Mohammad Salah, yang termasuk pemain tidak terlalu tinggi.

Ini khayalan saya berkaitan proses "rekayasa" olah raga yang berkaitan dengan tinggi badan dan postur tubuh terutama di cabang sepak bola. 

Intinya adalah menemukan pasangan (suami-istri) yang punya kualitas yang prima sehingga menghasilkan anak-anak yang unggul. 

Cara pertama adalah dengan memberlakukan dua kewarganegaraan bagi anak-anak dari pasangan campur yang salah satu orang tuanya adalah WNI, maka anaknya pun otomatis menjadi WNI. Hal ini membuat tidak perlu lagi ada proses naturalisasi bagi anak-anak keturunan Indonesia yang sudah telanjur memegang paspor asing seperti saat ini. 

Nanti siapapun anak keturunan orang tua campur akan menjadi WNI dan negara bisa menawarkan dan memanggil anak-anak tersebut untuk membela Indonesia di berbagai bidang yang dianggap mereka unggul. 

Cara kedua melihat pada kasus pemberian beasiswa untuk menggenjot sumber daya anak bangsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun