Mohon tunggu...
Pius Rengka
Pius Rengka Mohon Tunggu... Pemulung Kata -

Artikel kebudayaan, politik, sosial, budaya, sastra dan olahraga. Facebook:piusrengka. Surel:piusrengka@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Catatan Akhir Tahun Politik NTT, Menanti Eksekusi Tegas Victor Laiskodat dan Josef Naesoi

3 Januari 2019   16:02 Diperbarui: 3 Januari 2019   16:31 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timbangan adalah politik I Sumber Gambar: pdnews

Kritikan Gubernur Victor tentang tradisi kerja birokrasi dan masyarakat yang lelet, lamban dan cenderung tidak berubah (looking back) serta koruptif, memang, terkonfirmasi data statistikal yang berkesimpulan bahwa NTT termasuk  satu dari tiga propinsi termiskin di Indonesia. NTT miskin, melarat, bodoh dan penyakitan, juga koruptif. Seolah-olah NTT ini merupakan sarang dan ladang terbaik bagi berkembang biaknya para bajingan kruptor itu.

NTT bukan hanya propinsi sangat miskin di Indonesia, tetapi NTT juga propinsi terkorup ketiga di negeri ini. Bukan hanya NTT propinsi terkorup di Indonesia, tetapi NTT juga propinsi  supermarket semua jenis penyakit yang tidak disukai oleh umat manusia di seluruh dunia.

NTT propinsi akut malaria. Kawasan merah ada di seluruh Pulau Sumba, Pulau Lembata, dan sebagian Kabupaten Ende dan juga beberapa lokasi di Kabupaten Manggarai Barat dan Timur. Jika ditilik dari sudut pandang industri pariwisata, maka beberapa wilayah yang disebutkan itu justru memiliki aset wisata yang sangat kuat, tetapi sekaligus sangat rawan malaria. Sebuah kontradiksi yang sangat memilukan dan sekaligus memalukan.

NTT juga propinsi HIV/AIDS dengan sebaran agak merata di seluruh NTT, dan Kota Kupang sebagai salah satu ibukota sarang HIV/AIDS. Karena itulah, mudahlah dimengerti kritik yang diajukan para aktivis tatkala Walikota Kupang, DR. Jefry Riwu Kore, berniat sangat kuat untuk menutup lokasi pelacuran di Karang Dempel, Kota Kupang.

Propinsi Human Trafficking:

Malah yang lebih mengerikan adalah ini. NTT adalah propinsi pemegang rekord tertinggi kasus human trafficking di Indonesia. NTT penyumbang  mayat tertinggi untuk seluruh Indonesia. Lihat saja, dalam kurun waktu 2018, sudah 102 mayat yang dikirim pulang dari berbagai tempat di kawasan Asia.  Belum terhitung mayat yang tidak dikenal dan tidak dipublikasikan. Baik yang dikubur atau dibuang di Nunukan atau tempat lain di kawasan Asean.

Gubernur Frans Leburaya, memang sudah berjuang mati-matian dan sungguh mati telah berjuang untuk mengurangi jumlah mayat masuk ke NTT, tetapi pada kesempatan yang sama arus pengiriman manusia ke luar NTT bagai air bah, seperti kejadian air bah pada bahtera di jaman nabi Nuh.

Terus terang, Frans Leburaya, memang telah berjuang keras sekali, tetapi tidak berhasil maksimal mengurangi kasus human trafficking, tentu karena ada sebab lain yang memiliki kelainan tertentu yang tidak sanggup diatasinya. Kalangan aktivis pejuang antihuman trafficking tahu pasti.

NTT juga dikenal sebagai  propinsi malas, propinsi bodoh yang diindikasikan melalui daftar panjang reputasi peringkat  pendidikan tamat sekolah di NTT yang sangat rendah.  Karena itulah  NTT lalu dikenang dan dikenal sebagai propinsi serba belakang, padahal negeri ini sudah merdeka sejak lama.

Lalu, datanglah Gubernur Victor dan Josef Naesoi. Dua tokoh ini, sudah berkali-kali (saya hitung 20 kali) dengan tandas mengatakan lawan human trafficking dan tangkap para pelakunya. Puncak dari serial ucapan itu, lahirlah  moratorium TKI dan Surat Keputusan Gubernur terkait TKI.

Mimpi Gubernur Victor dan Josef Naesoi sangat ideal, manusiawi. Semua TKI harus memiliki keterampilan berkelas nasional dan internasional. Karenanya berkali-kali pula Gubernur Victor dan Josef Naesoi menyerukan dan mendesak agar Balai Latihan Kerja difungsikan maksimal. Peserta BLK tidak hanya calon TKI, tetapi juga para penganggur tak kentara (disguised unemployment) yang hanya makan tidur di rumah orangtua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun