Mohon tunggu...
Piter Randan B
Piter Randan B Mohon Tunggu... lainnya -

www.Belajarterus.blog.com 'Penulis Buku Berkaca Pada Kepemimpinan Ahok, & The Ahok Way

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pusaka Tersembunyi di Balik Bukit Pantilang

7 Januari 2015   14:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:38 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia penuh dengan sensasi pariwisata yang menarik untuk dikunjungi dan diketahui. Alamnya yang indah, budayanya yang unik selalu manarik untuk diekplorasi menyingkap rahasia-rahasia yang terkandung dalamnya. Siapa yang tak mengenal parwisata di Bali, Toraja dan daerah-daerah lainnya yang telah mendunia. Tapi mungkin tak pernah terlintas di pikiran Anda bahwa di Kabupaten Luwu juga ada, ‘pusaka’ tersembunyi yang tak kalah menariknya yang belum tersingkap. Tepatnya di Desa Pantilang Kecamatan Basse Sangtempe (Bastem) Kabupaten Luwu. Bastem terletak di dataran tinggi Kabupaten Luwu berbatasan langsung dengan Kabupaten Tana Toraja bagian selatan. Karena ada diketinggian kira-kira 1000 meter dari pemukaan laut maka udaranya cukup dingin, alamnya asri, cocok untuk berwisata dan menimbah banyak pengetahuan.   Di pantilang banyak sekali obyek wisata yang perlu dilestarikan dan layak untuk dikunjungi.

Kuburan Alam

1420598018934412398
1420598018934412398
14205981511828977904
14205981511828977904
1420598307678565745
1420598307678565745
Indonesia mungkin hanya mengenal kuburan alam yang ada di Tana Toraja. Kuburan alam yang juga dikenal dunia. Tapi di Pantilang ada banyak kuburan alam yang tidak pernah terekspos sama sekali. Salah satunya adalah kuburan alam yang di sebut Bangka oleh masyarakat sekitar terletak di Desa Pantilang, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Kuburan Alam ini tak kalah menariknya dengan kuburan alam yang ada di Tana Toraja. Terletak tepat di bawah kaki gunung batu Buntu Se’pon. Keberadaan dari kuburan alam ini adalah sebuah misteri. Tak ada yang tahu siapa-siapa saja yang dimakamkan di sana. Menurut masyarakat setempat kuburan-kuburan itu sudah ada jauh sebelum mereka ada. Tidak ada petunjuk apa pun yang dapat menyingkap kuburan itu selain ukiran-ukiran bergambar kepala kerbau yang terletak di setiap peti.  Ukiran-ukirannya sederhana sekali dan tidak sesempurna dengan ukiran-ukiran khas masyarakat Toraja zaman sekarang. Karena tak ada yang tahu siapa saja yang menghuni kuburan alam itu, maka keberadaannya pun terbengkalai. Kerangka- kerangka dan tengkoraknya berserakkan kemana-mana. Berhamburan di atas tanah karena peti penampungannya sudah lapuk termakan usia. Terhitung ada tujuh peti penampungan di sana berukuran kira-kira 300 cm x 50 cm dengan kedalaman kira-kira 100 cm. Setiap peti berisi puluhan tumpukan kerangka dan tengkorak manusia.

Selain kuburan alam Bangka yang ada di bawah kaki gunung Buntu Se’pon, terdapat juga tiga goa yang masih aktif digunakan masyarakat sekitar sebagai makam keluarga. Di dalam Goa itu, juga terdapat puluhan kerangka manusia. Konon goa-goa itu sempat digunakan sebagai tempat persembunyian penduduk sekitar saat pemberontakan DI/TII meledak di Sulsel, dan setelah keadaan aman dijadikan sebagai makam keluarga. Di tempat yang sama menurut masyarakat sekitar ada juga kuburan massal korban pembantaian oleh DII/TII pimpinan Kahar Musakkar. Karena itu jika berkunjung ke sana kita akan mendapati kerangka dan tengkorak manusia berserahkan di mana-mana. Jika menggali tanah akan bertemu dengan tulang belulang manusia. Mengunjungi Kuburan-kuburan alam yang ada di pantilang kita akan dibawah pada situasi yang mencekam di masa lalu sekaligus mengingatkan bahwa kehidupan itu berharga dan harus diisi sebaik mungkin.

Selain Kuburan Alam Bangka yang ada di kaki Buntu Se’pon masih banyak lagi Kuburan Alam Bangka lainnya di Pantilang diantaranya:  Kuburan Alam Buntu Maindo, Kuburan Alam Ma’tik, Kuburan Alam Rindu, Kuburan Alam Toma’ka’ dan Kuburan Alam Buntu Paniki.

Wisata offroad

1420598464238756035
1420598464238756035
1420598632193072452
1420598632193072452
Walaupun jarak dari ibu kota kabupaten tidak lebih dari tiga puluh kilo meter tetapi akses ke sana begitu sulit dan mahal. Akses menuju Pantilang hanya bisa ditempu dengan kendaraan double gardan (double differensial) sekitar 2-3 jam dari kota Palopo dan kendaraan roda dua 1-2 jam. Untuk sampai di sana harus merogoh kocek  Rp. 100.000 – Rp. 300.000. Sepanjang perjalan adrenalin kita akan dipacuh dengan kondisi jalan yang rusak dan terjal. Kadang-kadang terpaksa harus mendorong atau menarik kendaraan yang ditumpangi bila terjebak dalam lumpur. Tetapi tantangan sepanjang perjalanan akan memberikan sensasi tersendiri saat memandang hamparan hutan yang indah dan asri. Kadang kita seperti berada di atas pesawat saat mobil yang kita tumpangi tepat di atas ketinggian dan memandang ke kaki bukit. Sungguh menakjubkan dan mengagumkan. Pemerintah daerah sering berdalih bahwa anggaran yang tidak cukup untuk membuka akses pariwisata ke Pantilang. Tanah yang labil, jalan yang rusak dan terjal menjadi tantangan.  Tapi mengapa tak memikirkan dari sisi yang lain. Masyarakat kota senang dengan tantangan-tantangan yang ekstrem. Akses ke Pantialng jadikan saja jalur wisata offroad sebagai paket wisata yang ada di Pantilang. Pemerintah daerah bekerja sama dengan investor menyediakan fasilitas wisata seperti kendaraan yang cocok di jalur ekstrem, dll. Dengan dmikian jalan yang ekstrem tak lagi menjadi alasan memajukan pariwisata di Pantilang melainkan menjadikannya wahana baru memompa adrenalin. Wisata off road yang menyenangkan biarlah seolah memberi kesan mengejar ‘pusaka’ yang ada di balik bukit. Kalau ini terwujud akan menjadi pariwisata yang unik dan menarik dan mungkin satu-satunya di Indonesia.

Panjat Tebing dan Arung Jeram

1420598874536270681
1420598874536270681
Keadaan alam Pantilang yang indah dan berbukit akan memanjakan mata siapa pun yang memandangnya. Banyak  pula gunung batu kapur dengan tebing yang curam layak ditaklukkan mereka yang mencintai panjat tebing. Pemandangan yang asri dan udaranya yang sejuk tanpa polusi akan memberikan ketenangan alami saat tiba di puncak. Beberapa tebing gunung bantu yang layak dijadikan arena panjat tebing adalah Buntu (Gunung) Se’pon, Buntu Maindo dan Buntu Paniki. Selain gunung dengan tebing yang terjal, di Pantilang juga terdapat sungai besar dengan arus yang sangat cocok untuk arung jeram. Sungai Noling namanya. Sungai ini diairi oleh sungai-sungai kecil dari lereng-lereng gunung yang ada di Pantilang. Berhulu di Pantilang dan bermuara sampai ke Padang Sappa, Luwu bagian selatan. Sungainya membela bukit dan dihiasi areal persawahan yang sangat indah. Sungai Noling dihuni oleh banyak ikan dan binatang air lainnya seperti kepiting dan udang. Sungai ini memberi arti yang sangat penting bagi masyarakat Luwu. Sebagai sumber air untuk tanah pertanian dan menyediakan cukup banyak gizi hewani. Sungai Noling juga melintasi beberapa kuburan alam yang ada di sepanjang aliran sungai. Sungguh potensi wisata yang mengagumkan. Menyusuri sungai Noling, kita juga akan disuguhi dengan pemandangan banyaknya kawanan kerbau sepanjang jalan. Karena pinggiran sungai Noling dikelilingi juga savana yang luas cocok untuk menggembalakan kerbau. Anda tentau tak sabar menikmatinya, tapi entah kapan.

Mengasihi Para Leluhur

14205993221024376578
14205993221024376578
14205995211596880140
14205995211596880140
1420599976807013144
1420599976807013144
Orang-orang yang telah meninggal bagi masyarakat Pantilang tetap diperlakukan istimewa. Kerabat yang telah meninggal dan dikuburkan terpisah suatu saat akan dikumpulkan dalam satu tempat yang di sebut Patane. Sementara mereka yang disemayamkan di Patane kain pembungkusnya diperbaharui secara berkala. Bagi orang pantilang merawat mereka yang meninggal terlebih dahulu adalah wujud kasih sayang. Tapi tak sembarangan melakukannya. Harus ada upacara dan prosesi yang harus dilalui. Ada doa yang harus dilantunkan dan hewan yang dikorbankan. Setelah itu penggalian dilakukan dan kerangka diangkat, dibungkus dengan rapih dan berlapis-lapis kemudian dimasukkan ke Patane. Patane dikunci dan kembali ke rumah keluarga yang bersangkutan untuk syukuran bersama. Untuk upacara penggalian kerangka-kerangka keluarga ini syaratnya harus memotong minimal satu kerbau dan babi. Mengumpulkan kerangka keluarga yang telah meninggal dalam satu tempat bagi orang Pantilang adalah sebuah prestasi dan keberhasilan
14206005331360055000
14206005331360055000
.

Ingin tahu lebih banyak eksotis pariwisata Indonesia kunjungi link: http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun