Tidak seperti dia yang selalu ada dalam setiap jejak kejayaanmu, peranku sebatas pijakan di kala tujumu goyah oleh keadaan. Maka tidak heran jika wajah murung itu lebih akrab denganku.Â
Katamu dia adalah kebahagiaan, namun mengapa kali ini pun datang menyapaku dengan tangisan. Apa yang bisa aku lakukan? Kata-kata seperti apa yang kamu inginkan? Sebab apa masalahnya pun aku tidak tau.Â
Namun semua tanya selalu berujung bisu. Keraguan membendungnya untuk sampai padamu. Kembaliku menjadi ruang kosong yang siap menyerap semua bebanmu. Hanya itu tawaran dariku.Â
Jika semua bisa menjadi jelas. Mengapa memilih jalan bias seperti ini. Sebenarnya apa artiku untukmu? Walaupun tak ada jawabannya. Ku pikir tidak akan ada yang berubah.Â