Mohon tunggu...
Pitri Lestari
Pitri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Sometimes, your best is not good enough

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerobong Asap

7 Maret 2023   20:48 Diperbarui: 7 Maret 2023   23:13 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Madison. Malvin Madison" Jawabku.

"Orang biasa memanggilku Nenek Ken, dan namaku Kenrich." Katanya sambil mengajakku bersalaman.

"Sebagai hukuman atas kejahatanmu, mulai sekarang aku akan mengurungmu di sini. Dan tentu saja ini bukan sebuah penawaran tapi keharusan." Lanjutnya.

 Hari-hari yang aku lewati setelah bertemu dengan Nenek Ken terasa berbeda dengan hari-hari yang aku lalui sebelumnya. Di sini aku tidak pernah mendengar lagi bunyi keroncongan alami dan akupun tidak merasakan lagi lambungku menari-nari. Saat hujan aku tidak perlu mencari pohon berdaun rimbun untuk menghatkan diri karena di sini ada terdapat tungku api.

 Pada suatu hari, aku berkesempatan untuk berbicang denga orang yang memborgolku. Dia menceritakan bahwa Nenek Ken diasingkan oleh dunia luar. Mereka menganggap bahwa rumah besarnya itu berhantu dan siapapun yang masuk ke dalamnya akan menjadi korban. Oleh karena itu dia hanya menghabiskan hari-harinya dengan menantap tungku, sambil berharap akan ada seseorang yang mencuri sesuatu di dalam gentongnya.

 Dahulu Nenek Ken hidup bahagia dengan anak-anaknya namun setelah besar mereka meninggalkannya dengan alasan mereka sedang mencari dan mengumpulkan kebahagian untuk Nenek Ken. 

  "Kenrich, pemimpin yang bijaksana. Orangtua ku berkata seperti itu. Jadi sebagai hukuman atas kejahatanmu, mulai sekarang aku akan mengurungmu di sini. Dan tentu saja ini bukan sebuah penawaran tapi keharusan." Kata-kata yang selalu aku ingat.

Mereka mengatakan bahwa "Malvin Madison" artinya pejuang kecil yang kuat dan beruntung. Awalnya aku sangat pesimis dengan hal itu. Namun pada akhirnya aku menyadari bahwa itu adalah kenyataannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun