Tanpa mengatasnama belantara, segala nyata yang berdiam di alam raya
Sunyi sepi yang berkoar dalam duri menusuk daging itu adanya kini
Bumi pertiwi menanti disapa karena nestapa
Darah tertumpah, tanah terjajah hingga terjarah
Terkungkung dalam buaian senja yang samar, sulit menerka menyapa nyata ataukah bayangan semu?
Tak terhindar bersandar akar rumput tertindih terkulai tersambar petir saban hari,
Sunyi tak berarti sepi atau diam dalam sangkar persis terkungkung dalam jeruji
Tak ubah tingkah polah mengalahkan petuah, pepatah patah kalah menjadi galah jiwa raga yang pongah
Rayu menderu hanyut bersama arus, tak berujung menelikung
Berkelakar, terbakar terbungkus bersisir rapi setiap musim siap kembali menerpa
Sejati janji menanti ditepati, Sunyinya hanya terdengar dari derap langkah Sang penjagal, deru mesin berbaur dengan koar sang penguni rimba merintih menanti ularan jemari