Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Potret Sekolah Pedalaman: Sulit Dijangkau dan Minim Perhatian

6 Oktober 2017   14:22 Diperbarui: 6 Oktober 2017   17:20 4626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keceriaan anak-anak di SDN 15 Manis Mata ketika kami memberikan informasi dan bercerita. Foto dok. Yayasan Palung

Tidak hanya sulit dijangkau, namun realita sekolah-sekolah di pedalaman boleh dikata masih minim dari layaknya fasilitas yang mendukung bagi peserta didik dan jaraknya yang sulit dijangkau. Ya, realita sekolah-sekolah yang berada di Pedalaman tersebut lebih tepatnya berada di wilayah Kec. Manis Mata, Kab. Ketapang, Kalbar. Hal tersebut diketahui ketika kami dari Yayasan Palung mengadakan ekspedisi pendidikan lingkungan ke kampung-kampung bulan Agustus silam selama sepekan.

Jarak tempuh untuk menjangkau wilayah ini membutuhkan waktu yang panjang. Perjalanan panjang menyusuri waktu. Tidak kurang 7-8 jam perjalanan yang kami tempuh untuk tiba di wilayah Manis Mata. Setibanya di Manis Mata pun tak lantas sampai, tetapi kami harus menyusuri jalan yang cukup licin dan jalan yang banyak persimpangannya. Maklum saja, selain jalan propinsi dan jalan kabupaten, ada jalur alternatif, jalur tersebut adalah jalan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Sejauh mata memandang, hampir kami tidak menjumpai hutan karena telah berganti tanaman sejenis yang tak lain ialah sawit.

Luasan area yang terbuka menggantikan tajuk-tajuk pepohonan menuju wilayah Manis Mata. Foto dok. Yayasan Palung
Luasan area yang terbuka menggantikan tajuk-tajuk pepohonan menuju wilayah Manis Mata. Foto dok. Yayasan Palung
Aktifivitas perusahaan. Foto dok. Yayasan Palung
Aktifivitas perusahaan. Foto dok. Yayasan Palung
Potret keadaan sekolah yang sangat sulit dijangkau, tetapi juga minim fasilitas dan tenaga pengajar. Antusias dari murid-murd  SDN 15 Manis Mata terlihat, mungkin salah satu, salah duanya karena kehadiran kami di sekolah tersebut. Di Sekolah tersebut, guru cukup menurut keterangan warga yang namanya enggan disebut. Akan tetapi yang menjadi persoalan adalah fasilitas pendukung bagi anak-anak didik seperti perpustakaan belum tersedia, listrik juga hanya ada di waktu malam dan tidak di waktu belajar mengajar. Menurut keterangan warga juga, sekolah tersebut sangat jarang dikunjungi oleh pihak-pihak lain, karena memang maklum daerahnya sangat sulit dijangkau. Saat kami mengunjungi sekolah tersebut, kami harus melewati berbagai persimpangan jalan perkebunan sawit, perkebunan karet dan perladangan masyarakat. Dengan kata lain, sekolah tersebut berada di dalam area yang cukup sulit dijangkau, hanya jalan setapak dan sepeda motor yang bisa melewatinya (cukup terisolir). Hanya dipaksakan saja bila kendaraan roda empat bisa menjangkau menuju sekolalah itu.

Foto saat di SDN 15 Manis Mata. Dok. Yayasan Palung
Foto saat di SDN 15 Manis Mata. Dok. Yayasan Palung
Beberapa hari kami luangkan waktu untuk bersua dengan masyarakat lewat diskusi dan melakukan pemutaran film lingkungan dan film hiburan. Selanjutnya kami menyambangi sekolah-sekolah.

Jumlah siswanya dari kelas 1-6 hanya berjumlah kurang dari 50 orang, ketika kami mengunjungi sekolah tersebut, pada Selasa (8/8). Kami berkesempatan untuk memberikan informasi terkait satwa dilindungi di Kalimantan seperti orangutan, bekantan, kelasi, enggang, kelempiau, dan beberapa satwa lainnya seperti trenggiling dan kukang. Kami menyampaikan informasi dengan media boneka dengan bercerita (bertutur). Kami sagat disambut baik oleh pihak sekolah dan ketika kami menyampaikan puppet show (bercerita menggunakan media boneka), tampak bahagia dari raut wajah 46 murid yang mengikuti kegiatan tersebut.

Pada kesempatan kedua, Kamis (10/8), di SDN 2 Manis Mata, kami berkesempatan juga untuk berkunjung dan memberikan informasi terkait lingkungan hidup dan satwa dilindungi melalui media boneka. Saat kami menyambangi SDN 2 Manis Mata, ada 67 murid yang hadir saat kami menyampaikan materi. Sekolah Dasar ini cukup dekat dengan perkampungan dan tidak terlalu sulit untuk menjangkaunya.

Salah satu jalan kabupaten yang menuju Kec. Manis Mata. Foto dok. Yayasan Palung
Salah satu jalan kabupaten yang menuju Kec. Manis Mata. Foto dok. Yayasan Palung
Lain lagi di SMPN 5 Manis Mata, ketika kami mengunjungi pada (9/8), Jumlah muridnya hanya 55 murid dan 5 orang tenaga pengajar yang terdiri 3 tenaga pengajar dibiayai oleh perusahaan, 1 honor dan 1 PNS selaku kepala sekolah. Menurut cerita dari guru-guru tersebut, Ada dua SK guru kontrak dari Dinas Pendidikan Ketapang yang tugaskan di sekolah tersebut, namun hampir 1 tahun guru yang bersangkutan tak kunjung tiba di sekolah tersebut. Di sekolah ini juga masih belum ada listrik.

Sedangkan di SMPN 9 Manis Mata, (10/8) saat kami berkunjung diketahui sekolah tersebut merupakan sekolah satu atap (satap) dengan SDN 2 Manis Mata. Siswa-siswinya hanya berjumlah 25 orang dan memiliki 3 guru yang digaji oleh pihak desa setempat, yaitu desa Asam Besar.

Yang cukup lengkap sarana dan prasarananya adalah SMK Taruna Manis Mata, sekolah tersebut merupakan sekolah swasta dan cukup fasilitas termasuk ruang bermain dan perpustakaan.

Kala listrik diperlukan pada siang hari, mereka hanya bisa mengandalkan gengset sebagai sumber listrik. Namun, jika di sekolah yang belum teraliri listrik hampir dipastikan gengset setiap kali dan terbebani biaya bensin yang lumayan besar.

Dari cerita masyarakat, hingga kami mencoba untuk menyambangi wilayah Manis Mata. Di Wilayah ini, ada beberapa ancaman dan potensi. Ancaman yang dimaksud tidak lain adalah masifnya perluasan area untuk perkebunan dan pertambangan yang mengalahkan  tajuk-tajuk pepohonan. Di lain sisi adalah potensi wisata yang jika dikelola dapat dijadikan sumber pendapatan bagi desa ataupun daerah. Iya, potensi tersebut tidak lain adalah Danau Asam Besar yang manis dipandang mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun