Mohon tunggu...
Pitri Ani
Pitri Ani Mohon Tunggu... Freelancer - Pitriani

Pengen Menulis semua yang ada di pemikiran tanpa ada batasan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Agustus

5 Agustus 2019   08:57 Diperbarui: 5 Agustus 2019   08:57 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jawaban sang lelaki yang layaknya baku hantam bagi gadis itu. Apalah daya manusia, jika manusia satunya telah berkata 'cocok' untunglah tidak diberi tambahan 'is very good'. Menurut oarang dulu maupun orang sekarang kata cocok layaknya tembok cina yang tidak bisa dirobohkan siapapun, kokoh, tinggi , dan kuat. Pas atau serasi.  

Tak dibalasnya pesan itu, hanya dibacanya. Dimatikanlah Handphone nya lalu gadis itu tinggalkan. Gadis itu berjalan menyusuri jalanan kota, hanya berjalan, tanpa arah dan tujuan. Bukan sedih dan putus asa,  namun gadis itu mencoba mencerna pesan tuhan melalui balasan lelaki itu.

"Jika lelaki itu dapat menemukan yang cocok untuknya, tentu aku bisa menemukan kecocokanku".

Pekik dalam hatinya. Tuhan telah berbisik kepadanya, jangan menaruh harapan 'yang lebih' kepada manusia, jangan mencinta  'yang lebih' kepada manusia ,  dan jangan pula membenci 'yang lebih' kepada manusia. 

Manusia sudah memiliki hasrat dan nafsu berlebihan jadi berilah 'yang sedang saja', taruhlah harapan, cinta, dan benci dengan level 'yang sedang saja' nantinya penyesalan akan 'sedang saja' tidak akan sedalam ini. Sambutlah Agustus, Tuhan yakin ada Hadiah di balik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun