Mohon tunggu...
Pitri Ani
Pitri Ani Mohon Tunggu... Freelancer - Pitriani

Pengen Menulis semua yang ada di pemikiran tanpa ada batasan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Agustus

5 Agustus 2019   08:57 Diperbarui: 5 Agustus 2019   08:57 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah ada centang dua di Whatsapp, namun belum berwarna biru, pesan tersebut belum dibaca oleh lelaki nya, salah maksudnya adalah lelaki saja. Gadis itu masih menunggu. Belum ada balasan.

Lelaki itu sebetulnya tidak berpengaruh dalam hidup gadis itu, karena tanpa lelaki tersebut gadis itu tetap bisa hidup ,makan dengan uang saku dari ayahnya. Namun, lelaki itu menjadi hambatan  hidup untuk gadis itu melangkah maju. 

Banyak serpihan kenangan yang retak namun tidak pecah. Hanya menjadi buah pikiran bagaimana menyatukan retakan tersebut agar tidak terlihat setiap malamya.

Hingga pukul 07.00 yang tertanda telah 12 jam pesan tersebut terkirim ke lelaki itu. Namun, belum ada balasan. Gadis itu tidak ingin untuk memberondong pesan-pesan baru, apalagi dengan jurus 10 huruf P yang dikirimkan secara kilat agar pesan cepat dilihat oleh si lelaki. Tidak akan dilakukan, cara yang kuno dan memalukan ,cukup ditunggu saja kapan ada balasan.

Jika yang terjadi adalah sedemikian rupa, hingga lelaki itu tidak membalas pesannya otak negatif gadis itu pun menarik kesimpulan.

"Mungkin pesan ku terarchive olehnya, bukan... bukan... atau pesan ku diabaikan olehnya. Diam sejenak. Sudahlah terserah lelaki itu kapan akan membaca pesanku, aku juga bukan siapanya dia pula".

Dibantinglah handphone nya di atas kasur tidur. Gadis itu kembali menyalakan televisi 21 inch yang ada di ruang santai depan kamarnya, namun pikirannya kabur tidak mengikuti acara televisi, justru mengikuti sinyal-sinyal imajinasi yang tidak karuan frekuensinya.

Kegiatan berimajinasi dan berpikiran negatif ini sering gadis itu lakukan belakangan ini, hingga gadis tersebut merasa pula dampak negatif yang berupa kesehatan turun, semangat hidup turun, terlihat murung, dan akademik pun  menurun. 

Tidak akan ada imajinasi negatif jika  lelaki itu tidak bertindak salah. Salah menurut versiku, namun versi lelaki itu akan tetap benar. Lelaki itu sangat keras kepala.

Setelah tertanda 33 jam lebih beberapa menit, balasan dari lelaki itu datang.

"Maaf baru aku balas, tadi sedang perjalanan, yaaa... aku memilih seseorang yang aku rasa cocok, kenapa kau tiba-tiba tanya itu?".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun