Entah mengapa, saat memasuki benteng yang memiliki ukuran bangunan 165 m x 80 m dengan luas tanah 15 Ha ini, terdiri dari pintu gerbang utama, barak tentara, ruangan kolonel dan komando, serta kandang kuda, tak ada informasi lebih mendalam akan benteng.Tak tersefia informasi terkait Benteng Pendem, selain spot terbaik untuk mengabadikan foto-foto.
Hal ini tentu sangat disayangkan, apalagi mengingat benteng ini dulunya dihuni oleh 250 tentara Belanda bersenjatakan bedil, 6 meriam api, serta 60 kavaleri.
Keunikan yang dapat ditangkap oleh mata telanjang terletak pada gerbang utama, ialah bekas fondasi jembatan angkat serta bekas gerigi katrol pengangkat jembatan. Hal ini membuktikan bahwa dulunya gerbang masuk dikelilingi oleh parit selebar 5 meter yang dahulunya konon dipelihara buaya buas sehingga sulit dan berbahaya bagi tawanan serta pekerja rodi yang mencoba melarikan diri maupun pasukan pejuang yang akan menyerang.
Namun sayang, benteng yang digadang-gadang sebagai salah satu warisan kolonial bernilai historis tinggi, megah, serta bergaya khas kolonial. Justru kondisinya kini tampak tak terawat.
Beberapa bangunan telah memasuki fase rusak parah serta banyak ditumbuhi belukar. Jika rencana renovasi hanya sebatas rencana, serta tak ada perhatian khusus dari segenap elemen masyarakat, baik pemerintah sendiri dan juga masyarakat yang peduli, maka beberapa tahun ke depan benteng ini hanya sejerah kosong belaka.
Untuk itu, mari bersama-sama menjaga warisan yang menjadi bagian dari sejarah bangsa. Kalaupun bukan berbentuk materi. Kita pun dapat bersama-sama membuat Benteng Van Den Bosch semakin dikenal banyak orang salah satunya dengan memberi informasi melalui media sosial.