Akhirnya syetan menjawab rasa penasarannya, “ketahuilah pemuda sholeh, mengapa pohon ini tidak tumbang oleh kapak tajammu itu.”
Pemuda menyahut, “tidak tahu, wahai syetan penghuni pohon kemusyrikan.” Penasaran menanti penjelasan dari syetan.
“ Terimakasih pemuda sholeh, sudah mencoba menebang rumah pohon ku. Mau tahu jawabannya!”
“Mau tahu saja, apa mau tahu banget!”ejek syetan.
“cius!”
Pemuda tadi tidak sabar, “iya cius, buruan dong syetan!”
Syetan pun menjelaskan, mengapa kapak tajam itu tidak mampu menumbangkan rumah pohon kemusyrikan milikku.
“ Sholeh!, tanpa kau sadari, aku berhasil memperdayaimu dengan gelimangan materi duniawi berupa kepingan emas yang kuselipkan dibawah bantal tempat tidurmu.”
Lalu, “ Niat menebangmu bukan karena lillahi ta’ala, melainkan materi dan amarah belaka, sehingga ketajaman kapak kebanggaamu itu tidak akan pernah menumbangkan rumah pohon kemusyrikan milikku.”Terang si Syetan.
“Hai, curang!” Ketus pemuda Sholeh.
“ya iyalah, curang itu milik syetan, kalau tidak curang bukan syetan namanya. Itu tergantung tingkat keimanan dan ketakwaan umatnya Rasul.
“Apabila sejak awal niat menebang rumah pohon ini karena Alloh, sedari tadi sudah tumbang, lantaran menebang karena materi, maka pohon ini tetap tegak berdiri.”
“Sebaiknya, kamu pulang dan niatkan karena Alloh serta tidak angkuh, iri, dengki, serakah, menjalani perintah Alloh, menjauhi segala larangan-Nya barulah kembali menebang rumah musyrikku ini.” Pungkas si syetan.
"hahahahaha"
Mendengar penjelasan dari Syetan spontan pemuda sholeh ini tersadar akan kekilafannya tergiur harta, benda duniawi sebagai tipu daya muslihat syetan mempengaruhi niat pemuda sholeh. Tanpa sadar air matanya mengalir sebagai tanda penyesalan. Sejak kejadian itu, pemuda sholeh ini belajar banyak dari Syetan, bahkan lebih banyak menghabiskan waktu khusu’ beribadah dari pada foya-foya urusan duniawi. Ia menyesali perbuatannya yang merugikan diri sendiri. buat apa berbadan sehat, tubuh kuat, namun lalai menjaga amanah yang dipercayakan kepadanya untuk memerangi kemusyrikan.
Riwayat diatas hanyalah fiktif belaka, mohon dima’afkan apabila terdapat kesamaan nama dan tempat, itu tidak ada unsur kesengajaan.
Makassar, 18 Juni 2017