Mohon tunggu...
Pipiet Senja
Pipiet Senja Mohon Tunggu... profesional -

Seniman, Teroris Tukang Teror Agar Menjadi Penulis, Pembincang Karya Bilik Sastra VOI RRI. Motivator, Konsultan Kepenulisan, Penyunting Memoar: Buku Baru: Orang Bilang Aku Teroris (Penerbit Zikrul Hakimi/ Jendela)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Safari Ramadhan:Menjaring Karya di Lampung Bersama Dompet Dhuafa

12 Juli 2014   12:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:34 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersama Ketua FLP Lampung, Tri Sujarwo Sangha dan Moderator

Lampung, 29 Juni 2014

Sejak 4 tahun terakhir, saya terpanggil untuk melakukan kegiatan berbagi ilmu kepenulisan pada bulan suci Ramadhan. Berkeliling pesantren ke pelosok Tanah Air. Itu keinginannya, tapi anehnya lebih sering kembali ke kawasan Jatim dan Madura. Demikian berkali-kali hingga Ramadhan kali ini, akhirnya plus Lampung. Untuk dana tiket biasanya saya peroleh dari penerbitku. Tapi sejakresignsetahun yang lalu dari penerbit tersebut, kewalahan juga jika harus dari kocek sendiri. Maklum, masih harus menebus obat mahal pasca transfuse yang tak bisa dihindari sepanjang hidupku.. Dompet Dhuafa, alhamdulillah berkenan sponsori tiketku kali ini. Bila saya mengusung misi Gerakan Santi Menulis, maka Dompet Dhuafa dengan program Gerakan Berzakat Melalui Goresan Pena. Masih kloplah. Awal puasa itu, usai makan sahur, saya menuju Bandara Cengkareng diantar putriku. Kali ini saya mengawalinya ke kawasan Lampung. Butet, putriku wanti-wanti kepadaku agar menjaga kesehatan. Jangan diforsirlah, nanti ambruklah. Cari pahala sih boleh saja, tapi harus menakar kekuatan sendiri, de-el-el. Kubiarkan dia berkicau, soalnya kalau dibantah, berabelah. Bisa-bisa bukannya diantar ke Bandara, bagaimana andaikan mendadak banting stir diangkut ke Rscm, nah loh! Bertemu dengan perwakilan Dompet Dhuafa, Evi Oktaviani dan Ken Pramita. Kami terbang masih pagi sekali dengan pesawat Sriwijaya. Tiba dalam tempo 30 menit. “Kelamaan jalan dari Depok ke bandaranya,” cetus Evi, alumni F-MIPA Universitas Indonesia. “Apalagi dari Ciputat, lebih dari 1 jam,” sambung Ken, alumni jurusan Sejarah, Universitas Indonesia. Dara berjilbab apik ini pun sama warga Depok seperti Evi. Hanya Ken kosan di kawasan Ciputat, agar dekat dengan kantor Dompet Dhuafa. “Kami tadi hanya sekitar 45 menit,” tambah saya tak mau ketinggalan, menambahkan informasi waktu tempuh. Jangan kaget, jika jalan lewat pukul lima saja dari arah Cibubur niscaya sudah macet! Penjemputnya tak kurang dari Ketua Forum LIngkar Pena Lampung, Sujarwo Sangha, jurnalis Lampung Pos. Dia tersenyum senang begitu aku bisa mengenalinya, dan segera melambai ke arahnya. “Teteh nanti rehat dulu di kosannya Qori,” ujarnya sambl mengambil alih troli kami. Rumah kosan Qori di kawasan perumahan, sebuah bangunan kuno yang sudah tua. Diperkirakan umurnya lebih separo abad. Qori dalam perjalanan pulang ke rumah orang tuanya, terburu-buru balik kanan kembali ke kosannya. Aku sempat tertidur sampai terbangun saat Qori muncul, menyalamiku sambil meminta maaf atas keterlambatannya menyambut. Ia seorang mahasiswa Unila, aktivis relawan anak-anak jalanan. Asyik sekali dan menambah pengetahuan berbincang dengan akhwat ini, seputar kehidupan warga miskin di kawasan pantai Lampung. Akhirnya kami menuju tempat acara, masing-masing dibonceng dengan motor dan ngebut di tengah hari bolong yang mendung. Gedung di lantai dua, belakang Alfamart jalan Ki Maja. “Selamat datang di Lampung, ya Teteh,” anak-anak FLP Lampung berebutan menyambut. Ada yang menyalami, mencium tangan, ada pula yang memelukku erat-erat sambil berbisik.”Kangeeeen, kangeeeen!” “Ya, sama kangen, sudah lama sekali saya tidak ke Lampung.” Pesertanya tidak begitu banyak, tapi semua antusias sekali menyimak pembicara. Dompet Dhuafa Lampung membuka acara di sesi pertama, disusul oleh seorang penerima kemanfaatan zakat. Dilanjutkan oleh Evi Oktaviani, sebagai duta Dompet Dhuafa, memaparkan program Membuka Mata Membuka Hati. Sayang sekali Evi tak bisa menyetel video profil DD, mengingat tak adasound system. Dalam keterbatasan sarana elektronik itupun, tetap terasa semangat dan minat menulisnya. Ada dua peserta cilik, usia 8-10 tahun, keduanya begitu antusias menyimak. Ketika diminta menulis dengan tema indahnya berbagi, kedua gadis cilik ini begitu semangat dan mengetik dengan cepat sekali. Terutama Siti Atikah Azzahra, dalam tempo hitungan menit dia sudah berhasil menyelesaikan tulisannya. Dua peserta cilik nyempil di antara kami Sesuai rencana, sejak diluncurkan Gerakan Berzakat Melalui Goresan Pena di Hotel Sofyan, Menteng 21 Juni 2014, kami meminta peserta untuk mengirimkan tulisannya, paling lambar 3 hari sejak acara dilangsungkan. Buka puasa hari pertama Ramadhan kali ini, saya nikmati kebersamaan dengan teman-teman FLP Lampung di sebuah rumah makan Padang. Alhamdulillah, satu kota telah disinggahi. Esok subuh kami sudah akan terbang menuju Surabaya, transit di Jakarta, lanjut ke pondok pesantren Al Ishlah, Bondowoso, Jawa Timur. Adapun jadwal lengkapnya sbb; 1.Lampung, 2.Al Ishlah Bondowoso, 3.Lirboyo Kediri, 4.Ngasinan Kediri, 5.SMA Wahid Hasyim-Tebuireng Jombang, 6.Darul Quro-Banyuanyar Madura, 7.Al Amien-Prenduan Madura.8.Al Izzah-Batu, Malang. (Pipiet Senja)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun