Mohon tunggu...
Reza Pamungkas
Reza Pamungkas Mohon Tunggu... Jurnalis -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai Berkarya, Cendana Is Back!

24 Juli 2018   11:03 Diperbarui: 24 Juli 2018   11:20 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Artikel ini tayang pertama kali di Pinterpolitik.com

Bung, meskipun Anda berupaya membunuhnya, Oligarki selamanya akan tetap eksis. Tapi, bagaimanapun perjuangan harus terus diupayakan, hingga titik darah penghabisan!

Halo guys, ini era pasca reformasi, semua bebas bicara, bebas berorganisasi, bebas pula melakukan kritik terhadap siapapun, termasuk kepada Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto. Tapi ingat, selama kritikan berada dalam batas wajar, tentu tidak masalah. Akan tetapi, jika kritikan tersebut merupakan sebuah bentuk penghinaan, percayalah, Tommy akan menyeret siapapun ke pengadilan terdekat.

Di era demokrasi ini pula, Tommy muncul dengan partai barunya yakni Partai Berkarya. Memang dalam beberapa bulan terakhir, banyak media mengulas kemunculan partai ini sebagai salah satu partai baru di Indonesia. Tapi, sekilas melihat seragam berwana kuning dan lambang beringin sebagai identitas partai tersebut mengingatkan kita pada Partai Golongan Karya (Golkar) sebagai partai yang berkuasa pada era Orde Baru.

Selama 32 tahun berkuasa, partai ini tentu banyak melakukan berbagai manuver politik untuk tetap mempertahankan kekuasaannya. Tentu ada juga hal-hal positif yang dilakukan, misalnya pembangunan infrastruktur. Tapi, ada pula stigma buruk yang hingga kini melekat pada rezim ini, yakni terpusatnya kekuasaan ekonomi dan politik pada segelintir orang atau yang seringkali disebut dengan oligarki.

Tapi, dalam kasus ini para oligarki tidak lagi menggunakan Golkar sebagai alat perjuangan politik. Kini mereka tampil dengan partai baru yang dikenal dengan Partai Berkarya.

Kata oligarki, tentu tidak asing lagi di telinga, kata ini seringkali melekat pada sekelompok kecil orang yang memiliki kendali atas sebuah kekuasaan, baik itu secara ekonomi maupun politik. Secara asal muasalnya, oligarki berasal dari bahasa Yunani, yakni oligarkhia, yang berarti sebuah bentuk pemerintahan yang secara efektif dipegang oleh sekelompok kecil elit masyarakat.

Dalam konteks politik, terutama di negara-negara berkembang, oligarki tumbuh subur sebagai sebuah entitas politik yang memiliki koneksi yang luas dan kekuatan modal yang fantastis. Melalui dua variabel itu, --modal dan koneksi- para oligark dengan mudah mampu menciptakan kekuatan politik tersendiri.

Gelombang demokrasi 1998 yang terjadi di Indonesia, memang membawa beberapa perubahan penting, yakni munculnya kebebasan pers, kebebasan berkumpul dan berserikat, serta munculnya beragam partai politik dari berbagai spektrum ideologi (multiparty system). Tapi gerakan ini tak mampu memutuskan mata rantai para oligark yang kadung mengakar dalam struktur politik di Indonesia.

Setidaknya, fenomena tersebut dapat dibuktikan melalui kemunculan kembali Partai Berkarya besutan Tommy. Partai tersebut baru saja mendapat angin segar ketika dinyatakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai salah satu partai yang lolos verifikasi dan siap bertarung dalam kontestasi politik 2019.

dok pinterpolitik
dok pinterpolitik
Tak hanya Tommy, seluruh putra-putri Presiden Soeharto kini bergabung dengan partai yang berlogo beringin ini, misalnya Sigit Harjojudanto, Siti Hardiyanti Indra Rukmana (Tutut), Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Harijadi (Titiek) dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek). Dari lima nama tersebut, tiga orang di antaranya maju sebagai calon legislatif (caleg) yakni Tommy, Titiek dan menantu Titiek, Muhammad Ali Reza.

Fenomena tersebut tak bisa dimunafikan, bahwa para oligarkdi Indonesia masih kuat, tapi pertanyaan kemudian adalah apa dampak buruk jika para oligarki ini tetap eksis, apakah munculnya generasi oligarkis ini akan merusak sistem demokrasi di Indonesia? Kalau iya, bagaimana cara mereka merusaknya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun