Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mau #BoikotTVRI Gara-gara Twit Lawas Iman Brotoseno?

29 Mei 2020   21:13 Diperbarui: 29 Mei 2020   21:46 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewan Pengawas melantik Iman Brotoseno menjadi Dirut TVRI yang baru. Gambar dari money.kompas.com

Sampai tulisan ini dibuat, tagar #BoikotTVRI masih bertengger di tangga trending topic twitter tanah air. Entah siapa persis yang pertama kali menyundulnya, tapi jika mengintip sejumlah twit yang menyematkan tagar ini, kita bisa mengira-ngira apa yang menjadi pemicu utamanya.

Dua hari lalu (27/5), Iman Brotoseno (IB) diangkat menjadi Direktur Utama TVRI, menggantikan Helmi Yahya berdasarkan Keputusan Dewan Pengawasan Lembaga Penyiaran Publik TVRI. Masa kerja sineas lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini sebagai Dirut sampai pada tahun 2022 nanti.

Sepertinya tagar #BoikotTVRI ini adalah buah ketidakpuasan sejumlah pihak terhadap keputusan Dewan Pengawas TVRI tersebut. Buktinya sebagian cuitan yang menyematkan tagar tersebut mengutip kembali sejumlah twit lawas IB yang memang cukup nakal dan vulgar.

Ini salah satu contohnya,

Tangkap layar twit lawas IB dengan tagar #BoikotTVRI. Gambar dokpri
Tangkap layar twit lawas IB dengan tagar #BoikotTVRI. Gambar dokpri

Ada juga yang menuding IB bukan sosok yang layak memimpin stasiun televisi milik negara tersebut karena pada masa lalu pernah menjadi kontributor untuk majalah Playboy Indonesia.

Tentu saja setiap orang memiliki hak mengemukakan pendapat dan sikap. Tapi apa iya mesti harus dengan memboikot TVRI?

Kalau memang yang bermasalah Dirutnya, ya jangan lembaganya yang mau dijatuhkan. Apalagi kalau sampai gema ajakan boikot-memboikot ini benar-benar memberi pengaruh pada penonton setia TVRI, sedangkan yang mengajak boikot jangan-jangan menonton siarannya saja sudah tidak pernah lagi. 

Saya contohnya. Jangankan menonton TVRI, nonton siaran televisi saja sudah jarang sekali. Kalau dihitung-hitung, waktu yang dihabiskan di depan Youtube bisa lebih lama dari waktu untuk menonton TV.

Selain itu, menghakimi sosok IB dengan hanya merujuk pada cuitan-cuitan lawasnya, atau karena pernah menjadi kontributor majalah dewasa, kurang fair rasanya. Sejauh pengamatan saya, cuitan yang diangkat pada tagar tersebut rentang waktunya antara tahun 2010-2013, sudah lebih dari tujuh tahun yang lalu lamanya.

Oke, memang beberapa waktu yang lalu terjadi masalah saat pemberhentian Helmi Yahya yang sebenarnya cukup berhasil memberi napas dan warna baru pada TVRI selama memimpin lembaga penyiaran publik tersebut. Tapi kita tidak ingin berpolemik lebih lanjut karena bola panas sudah bergulir ke tangan IB.

Biar lebih fair saya sertakan juga beberapa pencapaian seorang IB yang dikutip dari portal suara.com:

  • Produser Katena Films (1994-1999)
  • Film Director (2000-2004)
  • Film Director / Executive Producer Orange Waterland Films (2005-sekarang)
  • Contributor for National Geographic Indonesia, Playboy Indonesia, Male Emporium, Chic Photo Video Magazine and Nikonia on underwater/travel articles and photography (2005-2008)
  • Ketua Asosiasi Pekerja Film Iklan Indonesia (2006-2009)
  • Chairman Pesta Blogger (2009)
  • Presiden dari ASEAN Blogger Community
  • Delegasi Indonesia dalam Stockholm Internet Forum (2012)
  • Pembicara di Malaysia International Tourism Bloggers Conference, Kuala Lumpur (2012)
  • International Leadership Visitor Program in USA (2013)
  • Chief Executive Officer TIME LINE (2014-sekarang)

Masih ingat dengan film "3 Srikandi" yang dibintangi oleh Bunga Citra Lestari dan rilis pada tahun 2016 lalu? Film tersebut adalah buah tangan dingin IB di kursi sutradara.

Pengalaman IB dalam dunia perfilman dan jurnalistik cukup kaya untuk menjadi referensi saat memimpin TVRI dua tahun ke depan.

Jadi, ketakutan sebagian warganet kalau TVRI bisa "salah arah" karena dipimpin sosok IB kurang tepat rasanya. Tidak ada manusia yang masa lalunya sempurna dan bersih dari kesalahan. Apalagi nantinya IB tidak bekerja sendiri. Ada Dewan Pengawas yang memiliki fungsi kontrol untuk memastikan TVRI tidak salah arah.  Selain itu, fungsi kontrol terbesar ada pada rakyat sebagai konsumen siaran TVRI.

Saya yakin, IB juga tidak akan ugal-ugalan menjalankan roda kepemimpinan sebagai Dirut, apalagi pada lembaga penyiaran yang terkait dengan harkat hidup masyarakat luas.

Berkaca dari kasus ini, kita juga bisa menarik pelajaran berharga sebagai warganet. Segala sesuatu yang kita unggah ke lini masa baik blog, video, bahkan sekadar status media sosial akan terdigitalisasi dan tersimpan untuk jangka waktu yang lama.

Akan seperti apa hidup kita di masa depan? Kita tidak mengetahuinya dengan pasti.

IB sendiri mungkin tidak akan pernah menyangka, twit-twit vulgar yang dikicaukannya dahulu bakalan jadi senjata yang berbalik menghantamnya bertahun-tahun kemudian saat dia dipercaya menduduki kursi pejabat publik.

Jadi, sekarang bayangkanlah anda juga suatu saat nanti punya kesempatan yang sama dengan IB. Jadi Dirut BUMN misalnya, jadi pejabat teras di partai politik, jadi tim ahli menteri, bahkan jadi salah satu menteri.

Bijaklah mengunggah segala sesuatu ke dunia maya, bahkan status medsos anda sekalipun. Anda tidak mau kan, bertahun-tahun kemudian hal tersebut digunakan oleh pihak lain untuk balik menjatuhkan anda? (PG)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun