Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nostalgia Jokowi-Ahok dan Masalah Intoleransi

10 Maret 2020   21:33 Diperbarui: 10 Maret 2020   21:35 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari https://metrobali.com/

Pada suatu masa, Jokowi dan Ahok seperti sebuah pair yang tak terpisahkan. Saat bekerja membenahi DKI Jakarta sebagai gubernur dan wakil gubernur, mereka menjadi pasangan yang solid. 

Saking klop-nya, mereka tidak lagi terlihat sebagai gubernur dan wakilnya, tetapi lebih mirip tim kerja yang saling mengisi dan melengkapi satu sama lain. Kekompakan mereka berimbas sampai ke tingkat akar rumput, di tingkat para pendukung. Pendukung Jokowi sudah pasti pendukung Ahok, atau sebaliknya.

Tapi keadaan mulai berbalik setelah Ahok tersandung kasus Al-Maidah tahun 2017 lalu. Saat itu Ahok menjabat sebagai gubernur DKI setelah Jokowi terpilih pada pilpres 2014 menjadi RI 01.

Suara pendukung Ahok mulai terpecah. Ada yang berpaling dari Jokowi dengan dalih Jokowi membiarkan sahabatnya "bertarung sendirian" sampai vonis hakim dijatuhkan. Ada yang masih loyal pada Jokowi. 

Mereka juga punya alasan sendiri: Jokowi saat itu berada pada posisi yang tidak mudah. Akan ada imbas negatif yang lebih besar, jika Jokowi sampai berani mengintervensi kasus Ahok.

Alasan kedua kubu ini tentu saja benar dari perspektif masing-masing. Tapi sejak saat itu, kedua kubu die hard fans Ahok ini kerap terlihat beradu argumen di linimasa jika sudah bicara mengenai sepak terjang Jokowi.

Setelah kurang lebih dua tahun berlalu dan Ahok bisa kembali menghirup udara bebas, ketegangan antara kedua kubu mulai mereda. Apalagi setelah Ahok terpilih menjadi komisaris utama PT. Pertamina, kedua kubu mulai cair kembali.

Memang Pertamina berada di bawah kendali Kementerian BUMN. Tapi sedikit banyak campur tangan Jokowi pasti memiliki pengaruh terhadap keputusan Menteri Erick Thohir. Para pendukung Ahok pun merasa Jokowi telah kembali on the track. 

Walau tidak berduet secara langsung, kehadiran Ahok membuat masyarakat kembali bernostalgia, tentang dua orang pemimpin yang memiliki karakter jauh berbeda, tapi sama-sama "habis-habisan" soal membangun bangsa dan negara.

Hanya saja masalah baru muncul. Entah mengapa Jokowi terkesan mengabaikan masalah-masalah intoleransi muncul ke permukaan belakangan ini. Contoh kasus yang cukup ramai diperbincangkan di linimasa adalah penolakan pembangunan gereja katolik St. Joseph Karimun.

Pendukung Jokowi di tingkat akar rumput pun pecah. Sejumlah teman-teman media sosial yang dulu getol membela Jokowi (terutama pada momentum di sekitar pilpres 2019 lalu) kini mulai berubah haluan dan lebih vokal pada kebijakan-kebijakan yang diluncurkan pemerintahan Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun