Doren tercekat. Dia seperti tidak percaya dengan pendengarannya. Padahal dua jam yang lalu, Andre mati-matian menyuruhnya menggugurkan janin hasil perbuatan terlarang mereka. Apa yang membuatnya berubah pikiran seketika?
"Kamu menikahiku karena aku akan bunuh diri atau ... kamu mencintaiku?" suaranya melunak.
"Karena keduanya, Doren."
"Kamu berjanji?"
"Tentu."
Andre menunggu reaksi Doren.Â
 "Apa aku sudah boleh mendekat?"Â
Doren mengangguk. Ini pertanda baik. Andre pun berlari ke arahnya. Dia terlalu bahagia sehingga tidak menyadari, sebuah mobil mercedes sedang melaju kencang menyeberangi jembatan. Suara panjang decitan ban yang beradu dengan aspal terdengar menggigit pendengaran. Doren berteriak histeris menyebut nama Andre. Mercedes hitam pekat itu hanya berhenti beberapa detik lalu kembali berlari kencang.
Doren berlari sambil mengedarkan padangannya dengan nanar, mencari dimana tubuh Andre tergeletak. Air matanya kembali mengalir deras.
"Andre?! Andre!"
"Sakit, bukan? Begitulah tadi perasaanku saat melihatmu berdiri di tepi pagar jembatan itu. Ingin mati saja rasanya."