"Kita sekelas waktu SMP, kamu biasa manggil aku cungkring. Sudah ingat?"
Ingatan Tasya meloncat jauh ke tahun-tahun SMP-nya. Sesaat kemudian, wajah Ridho yang imut-imut langsung memenuhi ruang kepalanya. Senyum cerahnya pun mengembang.
"Astagaaa, Ridho! Aku ingat sekarang. Eh, bukannya kamu di Jakarta?"
Seingat Tasya Ridho bersama keluarga harus pindah ke Jakarta karena papa Ridho dipindahtugaskan ke sana. Sebelum pindah mereka menjual rumah yang selama ini ditempati di kota Kendari.
"Iya. Bokap nyokap izinin aku liburan ke sini. Aku nginap di rumah sepupu."
"Oh gitu. Jadi kamu tinggal di mana, Ridho?"
"Udah, biar aku aja yang main ke rumah kamu. Masih boleh bertamu kan?"
Tasya melirik jam yang terpatri di dinding ruangan. Jarum jam sudah menunjuk angka sembilan lewat sedikit. Belum terlalu malam.
"Kebetulan aku juga lagi di jalan dekat rumah kamu. Eh, rumah kamu masih di situ kan?"
Senyum Tasya mengembang lebih lebar lagi. Saat SMP dulu, Ridho memang beberapa kali ke rumahnya untuk mengerjakan tugas kelompok.
"Iya, iya masih. Oke, aku tunggu ya."