Mohon tunggu...
Philips Anakristo
Philips Anakristo Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Konselor pendidikan

Mahasiswa STTI Efrata Tut Wuri Handayani Student Today Leader Tomorrow

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemuridan Berbasis Komunitas adalah Alternatif Pola Ibadah di Masa Pandemi Covid-19

7 Mei 2021   23:41 Diperbarui: 17 Oktober 2021   14:53 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

              Pada awal lahirnya kekristenan, iman orang percaya juga diperhadapkan dengan penderitaan oleh penganiayaan. Wabah pandemi Covid-19 bukanlah wabah yang pertama, sepanjang sejarah sudah pernah terjadi Wabah Antonine abad ke-2 dan telah membunuh seperempat Kekaisaran Romawi, umat Kristiani kala itu merawat orang sakit dan menawarkan model spiritual dan akhirnya agama Kristen tersebar. Epidemi yang lebih terkenal adalah Wabah Siprianus. Namanya berasal dari seorang uskup diduga sebagai penyakit yang berhubungan dengan Ebola, Wabah Siprianus membantu memicu krisis abad ketiga di peradaban Romawi. Namun akhirnya membuat ledakan pertumbuhan kekristenan karena ketika orang Kristen bersaksi tentang berita Injil bukan hanya melalui perkataan tapi juga dari tindakan peduli dan cara menghayati hidup yang bergantung kepada Tuhan.

              Krisis pandemi tidak hanya dipandang sebagai bahaya, pada saat bersamaan juga harus dilihat menjadi sebuah kesempatan dalam misio dei untuk bersaksi lebih banyak tentang Kristus yang memberikan kekuatan, ketenangan. Misio dei dipahami sebagai kehadiran Allah dan keikutsertaan Allah dengan segala sesuatu yang terjadi didunia ini. Kehadiran Allah diwujudkan dalam Yesus Kristus untuk keslamatan, misi ini diteruskan mengutus gereja untuk hadir ditengah dunia.

KONSEP AMANAT AGUNG 

              Matius 28:16-20 dikenal sebagai Amanat Agung disebut agung karena amanat tersebut dipandang sebagai perintah terakhir Tuhan Yesus sebelum naik ke surga kepada murid-murid-Nya. Latar belakang peristiwa di dalam Matius 28:18-20 ini adalah peristiwa setelah kebangkitan-Nya dimana Yesus menampakan diri kepada para murid dan menjelaskan misi penyelamatan-Nya atas seluruh dunia. Yesus memberi Amanat Agung kepada para murid, yang bersifat universal, bukan lokal dan juga rasial tetapi melintas atas segala bangsa. Ini menekankan tentang identitas iman Kristen yang bukan hanya bersifat nasional atau rasial, tetapi mencakup secara keseluruhan. Markus 16:14-18, Lukas 24:44-49 dan Yohanes 20:21 merupakan nas-nas sejajar dengan Matius 28:18-20 yang digolongkan sebagai amanat agung Tuhan, akan dapat dilihat kesamaan hakiki yang menegaskan bahwa berita keselamatan harus disampaikan sampai ke seluruh dunia.

PEMURIDAN ADALAH GEREJA MINI

              Sejak semula Allah telah menjadikan keluarga sebagai mitra-Nya dalam mengerjakan misi kerajaan Allah di dunia, hal terebut terlihat ketika Allah merancang keluarga di muka bumi ini sebagai satu-satunya lembaga yang dibentuk untuk bekerjasama dengan Allah dalam usaha pengelolaan dan pelestarian apa yang telah Allah ciptakan (Kejadian 1:28). Selanjutnya di dalam Alkitab juga dijelaskan secara terus menerus bahwa Allah memakai keluarga-keluarga untuk menggenapi rencana-Nya dari jaman Perjanjian Lama sampai dengan jaman Perjanjian Baru. Sebagai lembaga bentukan Allah, keluarga diciptakan sebagai pusat pemuridan, artinya dalam pelaksanaannya keluarga memiliki tangggungjawab untuk memuridkan

             Keluarga adalah tempat manusia pertama kali berintegrasi. Sebagai bagian terdekat, sudah seharusnya mandat menjadikan murid Kristus pertama kali harus disharingkan dalam keluarga, karena akan menyedihkan jika salah satu anggota keluarga berada dalam kesusahan, apalagi jika tidak menerima anugerah keselamatan. Menanamkan iman dan memuridkan anak sejak dini sangat menentukan masa depan diri anak, keluarga, gereja, masyarakat dan dunia. Pengalaman dalam keluarga, interaksi, relasi yang baik ditanamkan pada anak akan menghasilkan individu yang baik dalam keluarga. Dalam hal ini orang tua telah melaksanakan misi Kristus. Dalam sebuah talkshow, Hendro yang juga adalah tangga menghayati imannya ditengah keluarga dengan makin mencintai istri dan anak, menjadikan keluarga damai, bahagia, bertanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarga, peduli terhadap lingkungan, ini telah menjalankan tugas kerasulan sebagai orang beriman.

            Tugas ini memang tidak mudah, karena penghayatan iman akan Yesus dan tugas pewartaanya akan berhadapan langsung dengan kehidupan realita, kesulitan dan tantangan yang dihadapi seperti kesulitan ekonomi, berhadapan dengan sistem yang sudah ada yang belum tentu sesuai dengan iman yang dimiliki, tetapi justru disinilah medan juang yang membuktikan keselamatan yang dimiliki. Disinilah pendeta atau gereja membekali umatnya dan memampukan umat Tuhan menjadi gereja yang menyebar atau gereja mini yang setiap hari berada ditengah-tengah masyarakat, berbeda dengan para Pendeta yang setiap hari bertugas digereja. Pemuridan dalam keluarga akan menciptakan keluarga menjadi pusat ibadah, bukan gereja. Dalam hal inilah mengapa pemuridan dalam keluarga dipandang sangat penting, sebab tanpa pemuridan dalam keluarga maka gereja tidak akan pernah berhasil mengutus keluarga-keluarga yang berkualitas untuk mengerjakan tugas Amanat Agung di luar tembok gereja.

                Pemuridan Keluarga Sebagai Gereja Mini dalam Akselerasi Amanat Agung Inti dari tugas amanat agung adalah pemuridan dan penginijilan. Gereja adalah mandataris kerajaan Allah dalam Amanat Agung. Itu perintah yang harus dikerjakan oleh gereja, bukan sebuah pilihan yang sewaktu-waktu dapat dikerjakan atau tidak. Gereja bukanlah pula berbicara gedungnya, tetapi gereja adalah orang percaya yang ada didalamnya. Penekanan pada masa new normal bukan lagi kumpul digedung tetapi pada dicipleship, yakni memperlengkapi jemaat. Matius 28:19-20a ini merupakan sebuah aktivitas. Alkitab versi Indonesia terjemahan baru mencatat ada empat kata perintah; pergilah, jadikanlah, baptislah dan ajarlah. Kata-kata perintah itu seolah berdiri sejajar, dan memiliki kekuatan imperatif yang sama. Namun di dalam kajian sintektikalnya ditemukan bahwa tidak semua kata itu menggunakan bentuk imperatif. Dari keempat kata itu, hanya satu yang menggunakan bentuk imperatifnya yaitu “ Jadikanlah semua bangsa muridku dengan demikian dapat dipahami bahwa kata pergi itu merupakan kelaziman yang melekat di dalam diri orang Kristen. Tanpa diperintahkan pun, sudah dengan sendirinya pergi memberitakan Injil. Ini berarti pemberitaan Injil itu merupakan gaya hidup orang percaya. Kapan dan di manapun orang percaya berada di situ akan selalu terjadi proses pemberitaan Injil.

              Terdapat empat Langkah yang diajarkan Tuhan Yesus dalam menyelamatkan dunia. Pertama, dunia ini dapat diselamatkan karena murid-murid Kristus telah pergi memberitakan Injil, mereka bersaksi tentang kerajaan Allah yang telah datang dan sudah dekat. Kedua, orang-orang yang telah menerima Injil akan dibaptis sebagai langkah penyataan imannya kepada Kristus. Kata ajarlah dida,skontej (didaskontes) menggunakan bentuk grammar partisipel, present, aktif. bidang kehidupan yakni kewajiban baik kepada Allah maupun kepada manusia. Setiap hal yang diperintahkan dan diinginkan oleh Kristus, Barus juga menuliskan hal sama, pemuridan sebagai pemberitaan ke-Tuhan-an Yesus atas segala sesuatu berarti lingkup pemuridan harus menjangkau semua aspek dan dimensi alam semesta. Paling sedikit pemuridan gereja harus menyentuh aspek diri sendiri, keluarga, masyarakat (society) dan alam ciptaan (creation). Ringkasnya, pemuridan mencakup semua wilayah kehidupan manusia karena merupakan wujud kelihatan kuasa universal Yesus. Jadi diajarkan melakukan perintah Allah, dalam hal ini dibaptis sebagai langkah pertobatan. Ketiga, mereka yang telah menerima Kristus dan telah dibaptiskan harus dimuridkan melalui pengajaran-pengajaran yang benar tentang iman Kristen, sehingga mereka akan menjadi pengikut Kristus yang militan. Keempat, mereka yang telah dimuridkan dan telah diperlengkapi diutus, murid adalah komunitas yang menghidupkan ajaran Yesus melalui dan didalam hidupnya sehingga murid lain menjadi serupa dengan Kristus. Hal yang senada Widjaja dan rekan menyerukan penginjilan adalah memberitakan injil melalui sikap hidup individu setiap orang percaya dengan bersaksi, membagi kabar baik, berbagi hidup tentang Kristus kepada setiap orang.

            Dengan memperhatikan pentingnya pemuridan bagi pelaksanaan Amanat Agung, gereja dipandang penting untuk bersinergi dengan keluarga-keluarga Kristen yang selama ini berada dalam pelayanannya. Gereja tidak mampu berjalan sendiri dalam melaksanakan tugas Amanat Agung yang harus dikerjakan tersebut, gereja membutuhkan mitra sebagai kepanjangan tangan dalam mengerjakan misi tersebut, yaitu keluarga-keluarga Kristen yang telah diperlengkapi dan dimuridkan oleh gereja. Keluarga sebagai mitra gereja adalah gereja mini yang hidup dan berdampak. Untuk dapat menjangkau jiwa yang lebih luas lagi, keluarga Kristen yang telah menjadi murid Kristus menjadi pioner bagi gereja dalam bermisi. Keluarga Kristen yang telah dimuridkan dan diperlengkapi menjadi gereja yang hidup dan bergerak di tengah-tengah untuk membawa terang Kristus. Oleh karena itu perlu diperhatikan dan ditindaklanjuti betapa urgensinya pemuridan keluarga sebagai gereja mini untuk menjalankan misi Allah di bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun