Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penyakit Menular

29 Mei 2023   08:08 Diperbarui: 29 Mei 2023   08:17 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penyakit Menular

Cerpen Yudha Adi Putra

Suara burung trucukan memulai hari. Menyapa warga desa. Memberitakan kabar sukacita. Kelak, ada hari dan akan selalu masih ada hari untuk dijalani. Mencari sarapan dan menata harapan dilakukan. Mempersiapkan pagi dengan berbagai puisi. Bebek juga tidak kalah. Bebek mulai persiapan. Menghitung tiap langkah untuk mengajak teman. Menyusuri jalanan hingga berbagai bentuk. Menikmati hidup dalam perjuangan dan kemandirian. Tidak bisa diperhitungan begitu saja. Setiap langkah memberi nilai untuk cinta.

"Pagi ini akan ada harapan baik untuk diwujudkan. Sarapan diperlukan untuk membakar semangat. Tapi, apa yang mau dimakan ? Tak ada. Sendiri dalam kesunyian. Habis semua perjuangan," ujar Jarwo.

Hari berganti, sore tiba begitu cepat. Malam sudah di depan mata. Kini saatnya merapalkan doa. Berharap pada banyak kejadian dalam hidup. Semoga ada pilihan untuk menjalani. Perasaan tidak menentu muncul. Bukan karena keinginan. Membuka HP di pagi hari sebelum beraktifitas bisa berdampak pada perasaan. Seharian merasakan tidak nyaman hanya karena membaca beberapa kalimat. Pembelajaran itu berharga. Mulai pagi, kurangi menatap ponsel. Perlu atau tidak, satu jam setelahnya baru dibuka. Jarwo membuktikannya. Butuh waktu hingga siang, berjumpa dengan banyak hal hingga sampai pada rasa nyaman. Berulang dan kesepian. Meski tidak bisa dihindari, setiap permenungan memerlukan perjuangan.

"Aku menyesal telah membaca pagi hari. Pagi memang penuh penawaran baik. Rasa penasaran selama semalam membuat Jarwo menatap cermin lagi. Memberi banyak doa untuk hal baik. Rasa bosan memang bisa dimunculkan. Itu lebih baik karena penuh dengan kepastian. Sudah pasti akan bertemu seperti apa dan berjalan bagaimana, paling tidak itu perlu disyukuri. Apa yang menjadi langkah meski membosankan. Karena malas terjebak dalam masalah yang kian rumit, Jarwo sendiri memilih diam dulu. Diam dalam arti yang sebenarnya, itu bisa menyelamatkan. Paling tidak, menghindari kecewa karena terlalu responsif. Responsif itu tidak sepenuhnya baik dan penuh dengan tantangan," ujar Handoko.

Jarwo memilih diam seperti yang dikatakan Handoko. Memilih perjuangan dengan cara sunyi. Menapaki pertanyaan dan menyusuri jalan menuju tempat makan. Kabar tentang penyakit menular didengarnya sepanjang jalan. Ada informasi yang simpang siur. Memperjuangakan kepentingan pemberi wacana. Kalau tidak sampai, untuk menyadarkan dilakukan banyak hal. Entah dengan menyapa, bisa juga dengan memberi tawa. Tidak ada yang bisa mengerti akan apa yang terjadi esok hari. Permulaaan hari harus disusun dengan semangat. Harapan dan perjuangan akan merasakan diam.

"Orang akan lupa dengan perjuangan ketika sakit. Menatap beberapa tawa. Mempertahankan harga supaya tidak mudah murah. Lalu, menjaga wacana supaya tetap hidup dibalik derita. Itu semua fana dan tawa. Memerlukan banyak sapaan serta kicauan burung pemberi semangat. Padahal, waktu terus saja berjalan. Menawarkan hadiah untuk perjuangan. Ukiran perasaan tidak bisa diabaikan begitu saja," ujar Jarwo.

Kabar tentang sakit bisa bermunculan. Bukan tanpa alasan, Jarwo makan makanan bergantian tempat. Tidak bersih mungkin itu yang terjadi. Masakan berpindah dari tangan ke tangan. Menghidupi setiap sapaan untuk tetap di jalan perjuangan.

"Mereka yang berjuang di pagi hari mempersiapkan makanan harus diberikan apresiasi. Tidak hanya itu, sapaan dan senyuman perlu dipastikan. Tidak ada ketinggalan dan bentuk dari lampu lain. Kini, setiap sakit dan tawa akan memberikan banyak pengharapan. Bukan pada kesenjangan saja, tapi memunculkan pertentangan," ujar Handoko.

Menikmati malam, sebelum semua menjadi gelap. Ada susunan harapan untuk dilakukan setiap hari. Bersama beberapa doa. Menyusun hari perlahan, berharap mendapatkan keselamatan serta kecukupan. Berjalan dengan banyak misteri dan memunculkan harapan. Untuk itu, setiap langkah dan harapan serta doa diberikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun