Pejuang Terima Kasih
Cerpen Yudha Adi Putra
Menancapkan pengisi baterai, tampak kilatan. Kilatan memancar, membangunkan Jarwo dalam kantuknya. Susunan gelas tetap sama. Tidak berubah semenjak pagi dia tinggalkan pergi. Kini bertambah, ada buku datang. Kipas angin malas bergerak. Kabel berjalinan, tas tergantung, semua berserakan.
"Sulit juga melihat kamar ini rapi," ujar Jarwo sambil perutnya dipegang.
"Aku tadi sudah ke kamar mandi tiga kali. Perut juga belum diisi, sudah keluar lagi. Sakit sekali rasanya," lanjut Jarwo mengeluh.
Tulisan di meja dilihatnya. Berharap muncul, kewarasan akan harapan. Indah dalam waktu tertentu. Suara knalpot menghias sore. Rintik hujan mulai terdengar.
"Mungkin benar, ke kamar mandi lagi saja, perutmu bermasalah !" ujar Handoko yang tidak nyaman mendengar kentut.
***
Dalam keadaan sakit perut, Jarwo mengingat kembali. Langkah jadi langkah. Pintu tertutup. Daun camcao bertebaran. Perasaan Jarwo tetap tidak menentu. Takut, tapi itu akan terjadi lebih baik.
"Aku akan menghabiskan sore di kamar mandi," gumam Jarwo.
Perjalanan sore tidak dilakukan, kenangan bermunculan. Tentang sore tanpa hujan. Kawan berdatangan, bahkan kebahagiaan tanpa uang. Kini, baginya itu sangat berarti. Dari kamar mandi, Jarwo mengingat kembali. Setiap masa tidak bisa diulang, umur terus bertambah.