Mohon tunggu...
Yudha Adi Putra
Yudha Adi Putra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Tidak Pernah Mati

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sawahku adalah Misbahku

11 Maret 2023   19:30 Diperbarui: 11 Maret 2023   19:29 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                Jarwo menunjuk sawah sebelah mereka bercengkrama. Sawah itu milik adiknya Haryo. Tapi, dua tahun lalu dijual. Alasannya untuk memasukkan anaknya menjadi polisi. Kini, adiknya Haryo tak punya sawah. Meski kadang, sering membantu Haryo mengerjakan sawahnya.

                "Setiap orang bebas punya mimpi, Jar !"

                "Hahaha, kalau sudah begitu kata-katamu jadi bijaksana. Rasanya bagaimana ?"

                "Tentu tidak terima. Itu warisan, kenapa malah dijual. Mungkin, impiannya terlalu mahal untuk sebuah sawah,"

                Kembali mereka tertawa. Asap rokok mengepul, tapi cepat sirna terkena angin pagi. Banyak petani lain berdatangan. Ada pensiunan guru. Ia membawa jam tangan, berpakaian rapi. Mungkin, itu hari pertama pensiunnya. Jadi, mau merawat sawah.

                "Selamat pagi, Pak Guru. Jam berapa sekarang ?"
                "Wah, ada Mas Jarwo sama Mas Haryo. Telat ini saya, Mas. Rencananya mau ngecek padi yang ditanam kemarin, kelihatannya kena banyak air hujan," kata Pak Handoko itu tersenyum dan mendekati pematang sawah tempat Haryo dan Jarwo bercengkrama.

                "Masa sulit Pak. Jadi petani rumit sekali sekarang. Kelebihan sedikit, nanti sawahnya bisa gagal panen. Air memang harus pas,"

                "Katamu tadi bibit unggulan, bisa panen cepat !"

                "Ya tadi harus dirawat, memangnya ada padi yang dicetak ? Semua beras itu dari padi. Untuk membuat nasi di meja makan itu perlu banyak tangan pejuang,"

                "Tapi petani sering dilupakan ?" kata Pak Handoko sambil tersenyum. Tampaknya, ia mencari sesuatu di sakunya.

                "Mau merokok, Pak Guru ?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun