Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis Biografi: Be a Storyteller! (Part 1)

30 Juli 2020   12:17 Diperbarui: 30 Juli 2020   21:04 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menjadi pencerita yang baik. (sumber: pixabay.com/ Tumisu)

"Boncel, Tuan."

"Boncel, mulai hari ini kamu urus juga keperluan anakku, Asep Onon, setidak-tidaknya menjadi teman bermainnya."

"Baik, Tuan!"

Waktu melesat bagai anak panah yang terlepas dari busurnya. Karena Boncel rajin bekerja, dengan cepat ia memperoleh simpati Bupati, terlebih-lebih, Asep Onon senang karena mendapat teman bermain. Ia senang bukan kepalang. Ia tidak lagi kesepian dan kalau ada anak lain mengganggunya, Si Boncel tampil membela.

Asep Onon mendatangkan guru membaca dan menulis ke rumah di lingkungan kabupatian pada petang hari, diam-diam Boncel sehabis menyabit rumput dan mengurus kuda di istal, mengintip lubang jendela dan melihat bagaimana huruf-huruf itu dibunyikan oleh guru dan diikuti Asep Onon. Pada masa itu, hanya anak pejabat setingkat bupati saja yang boleh bersekolah.

Lama-lama Boncel pintar membaca. Dan ketika Asep Onon mengetahui bahwa teman bermainnya itu bisa membaca, ia kaget bukan main dan langsung lapor kepada ayahandanya. Tidak lama kemudian Bupati memanggil Boncel ke ruangannya. Boncel tentu saja takut bukan kepalang, ia berpikir, boleh jadi Tuan Bupati bakal mengusirnya karena ia sudah lancang.

"Kudengar kau bisa membaca dan menulis, Boncel?" Boncel ketakutan, celananya basah. Bupati melanjutkan, "Ayo jawab, apa benar kamu bisa membaca dan menulis!?"

"Emmh... sedikit-sedikit sahaya bisa membaca dan menulis, Tuan!"

"Bagus! Siapa yang mengajarimu membaca dan menulis, heh?"

"Guru Asep Onon, Tuan Bupati!"

"Bukankah hanya Asep Onon yang belajar sendiri dengan guru pribadinya itu, Boncel?"

The Series cerita kolaborasi Kompasiana.com dengan Netizen Story Menulis Biografi: Be a Storyteller Bersama Kang Pepih
HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun