Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembangunan Berpusat pada Rakyat

31 Desember 2020   10:40 Diperbarui: 31 Desember 2020   10:45 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok www.pacarejo-semanu.desa.id

Pembangunan selama ini berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, seiring perkembangan zaman kemudian ada istilah pembangunan yang berpusat pada rakyat. Sejatinya ketika orentasi pembangunan pada aspek industri dan bukan pada pertanian, di daerah perkotaan bukan pedesaan, investasi lebih mengutamakan kepada kelompok yang sedikit bukan pada yang banyak, memanfaatkan modal yang optimal bukan memanfaatkan SDM yang optimal, memanfaatkan SDA dan lingkungan yang orientasinya jangka pendek, dan akhirnya akan terjadi kehancuran pada lingkungan, maka sejatinya itu adalah contoh dari pembangunan yang berpusat pada Produksi. 

Sesuai dengan Teori dari Korten dan Carner (1993), disebutkan ciri-ciri pembangunan berpusat pada produksi adalah Industri dan bukan pertanian, mayoritas penduduk dunia banyak yang memperoleh mata pencaharian mereka dari pertanian, namun ternyata memilih untuk kawasan industri sebagai sarana untuk memajukan daerah, ciri yang lainnya adalah lebih memanfaatkan sumber daya alam untuk jangka pendek, bukan untuk jangka panjang. 

Kita bisa merasakan bagaimana alih fungsi lahan ketika digunakan sebagai kawasan industri, dibandingkan ketika daerah itu melakukan kebijakan penataan kawasan lingkungan yang asri dan menyejukan, hutan menjadi gundul, lalu banyak galian C yang diambil untuk pengurugan sawah dan kawasan industri, bukit yang seharusnya menyimpan air, lalu karena di gali dan digunakan untuk urugan lahan di bagian hilir akhirnya muncul bencana banjir, longsor dan ragam bencana lainnya, karena ketidakseimbangan dan kerakusan manusia selama ini, sehingga memperoleh untung sesaat nanti akan berdampak pada tatanan pembangunan kemudian. 

Korten dan Carner (1993) juga memberikan penjelasan dalam teorinya bahwa pembangunan berpusat pada rakyat itu memandang inisiatif kreatif dari rakyat sebagai sumber daya manusia yang paling utama dan memandang kesejahteraan material dan spiritual mereka sebagai tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembangunan. Ini dikandung maksud bahwa bila pembangunan menitikberatkan pada aspek pemberdayaan maka akan semakin berdaya, namun selama ini terkadang aspek pemberdayaan masyarakat dijadikan aspek kedua setelah pembangunan infrastruktur, sama halnya dengan membangun jiwanya ternyata lebih senang membangun badannya. 

Membangun jiwa inilah yang pertama dan diutamakan, dan sangat sukar untuk dibangun karena untuk membangunnya ada pada setiap diri kita. Membangun jiwa bangsa yang paling utama melalui program diri kemudian didukung oleh program yang dibuat pemerintah. 

Manusia dan lingkungan menjadi sebuah satu kesatuan yang tak terpisahkan, karena dalam membuat sebuah perencanaan pembangunan maka konsep buttom up planning menjadi garda terdepan, sentralistik akan menghasilkan sebuah produk yang instan, berbeda dengan perencanaan partisipatif, masyarakat dicoba untuk berpikir bersama-sama dalam mencapai tujuan, konsep musrengbangdes itu adalah konsep buttom up, namun terkadang kita juga bisa melihat bahwa dalam berpikir di masyarakat secara umum, maka akan terpatri pada persoalan pembangunan fisik dibandingkan merencanakan pemberdayaan atau pemenuhan layanan dasar, secara umum fisik akan dominan dalam usulan dan jangka pendek juga kelihatan berbeda dengan melakukan non fisik melalui pemberdayaan karena ukuran pemberdayaan itu berproses dan hasilnya kemudian (bisa jangka menengah dan jangka panjang). 

Contoh yang kentara, ketika membangun jembatan dan jalan desa misalnya, maka akan menjadi prioritas utama, termasuk membangun jalan mina tani dengan di beton, bagi mereka jauh lebih penting dibandingkan menyekolahkan anak, memperbaiki fasilitas publik pendidikan, dan memastikan pendidikan dua belas tahun tercapai di desa, biarlah anak tidak sekolah, biarlah masyarakat berpendidikan rendah, padahal dampak ke depannya menjadi beban ganda bagi desanya, karena semakin bagus pendidikan seseorang maka semakin cepat desanya dalam memajukan desanya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun