DeepSeek, model AI asal Tiongkok, dengan cepat menarik perhatian di kancah global karena efisiensi komputasinya yang luar biasa dan biaya pengembangan yang jauh lebih rendah dibandingkan raksasa teknologi lainnya. Keunggulan ini telah memicu perdebatan di kalangan ahli tentang apakah investasi besar dalam infrastruktur AI masih dianggap penting.
Dalam sebuah kesempatan, seorang peneliti Google mengungkapkan beberapa fakta mengejutkan mengenai DeepSeek, di mana CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, memuji model tersebut sebagai "karya terbaik yang pernah saya lihat di Tiongkok". Pujian ini menunjukkan bahwa DeepSeek memiliki performa yang mengesankan meskipun dikembangkan dengan biaya lebih rendah. Namun, Hassabis juga mengkritik bahwa DeepSeek tidak menghadirkan "kemajuan ilmiah baru yang nyata" karena hanya menggunakan teknik-teknik AI yang sudah dikenal. Selain itu, ia menyoroti implikasi geopolitik dari DeepSeek yang menunjukkan kecanggihan rekayasa Tiongkok dan memprediksi bahwa sistem Artificial General Intelligence (AGI) yang luar biasa mungkin baru akan muncul dalam lima tahun mendatang. Ia juga menekankan pentingnya kesiapan masyarakat dalam menyikapi manfaat serta risiko dari kemajuan AI yang pesat.
Keberhasilan DeepSeek telah mengguncang pasar global, menyebabkan penurunan signifikan saham perusahaan teknologi besar seperti Nvidia, dan menantang paradigma pengeluaran besar yang selama ini mendominasi industri AI. Kasus DeepSeek memicu perdebatan tentang perlunya investasi besar dalam infrastruktur AI versus pendekatan alternatif yang lebih hemat biaya namun tetap kompetitif. Keberhasilan DeepSeek tidak hanya soal inovasi teknologi, tetapi juga berdampak pada dinamika geopolitik, membuktikan bahwa keterbatasan ekspor chip berperforma tinggi dari Washington ke Tiongkok bisa memicu inovasi alternatif dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
Meskipun DeepSeek mendapatkan pujian tinggi karena kemampuannya yang efisien dan rekayasa yang mumpuni, peneliti Google menegaskan bahwa model ini tidak membawa terobosan ilmiah baru, melainkan lebih merupakan contoh optimalisasi dari teknik yang sudah ada. Namun demikian, keberadaan DeepSeek tetap memiliki implikasi besar, seperti menggeser pandangan tentang investasi infrastruktur AI dan mempercepat pergeseran kekuatan teknologi global, khususnya dalam konteks persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Informasi dari laporan CNBC Indonesia (Novina Putri Bestari, 10 Februari 2025) menunjukkan bahwa efisiensi dan rekayasa yang cerdik dapat menjadi senjata ampuh di era AI, meskipun belum tentu menghasilkan terobosan ilmiah yang mendasar. Hal ini mengundang kita untuk merefleksikan kembali paradigma investasi dalam teknologi dan menyadari bahwa kompetisi global di bidang AI semakin dinamis dan multidimensi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
