Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sosok Pencuri Mimpi

22 April 2016   08:11 Diperbarui: 22 April 2016   08:25 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi II sumber gambar; 4.bp.blogspot.com/-wOGt_LMtu98/Ve0CM33Qt5I/AAAAAAAAAaU/cI-BjaLnr_k/s1600/4286300690_5b2dc5e807_z.jpg"][/caption]

Apakah kau kira akan bahagia? Kurasa tidak!

"Kemanapun kau bawa, tak ada yang bisa kau lakukan pada mimpiku."

Ucapanku tak juga digubrinya. Dia terus memetik satu persatu mimpiku. Padahal aku sudah berteriak. Marah!

Dia kembali memetik setiap babak mimpi malamku dan ke dalam kantong pikirannya. Aku hanya bisa menatap. Sesekali bergerak kecil sebagai tanda agar dia tahu aku hadir.

Realitas sepanjang hari tadi telah menenggelamku ke dalam waktu hingga membuatku lelah. Namun aku masih mampu merajut mimpi. Kelak kujadikan selendang setiap kenyataanku.

Aku tak pernah berpikir untuk berjaga. Bagiku, tempat aku bermimpi cukup aman. Pintu dan jendelanya kokoh. Tanpa kunci.
Kalaupun terbuka atau saat aku tak terbuai, kuyakin tak ada satupun yang berminat masuk, apalagi mengambilnya.

Tapi ternyata aku salah kira. Kini semua telah berubah. Sangat cepat. Banyak muncul bangunan hasrat baru. Bentuknya menarik. Menawarkan ragam pilihan. Aku sering bertandang untuk menuntaskan rasa haus, atau sekedar melepas keingintahuan.

Tapi tanpa kusadari, sebagian rangkaian ionnya melekat dibaju dan tubuhku. Warna kain jadi kusam. Sebagian masuk ke pori-poriku yang terbuka. Menyatu dalam kromosom dan gerak saraf.

Oleh waktu Ion-ion itu membentuk sosok kuat yang tak asing. Sebuah wujud diriku yang lain di sisi gelap.

--------

Pebrianov22/04/2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun