Shin Tae-yong bukan cuma dikenal keras dan disiplin, namun juga ahli taktik yang didasarkan situasi aktual di lapangan. Demi kemenangan, tak perduli itu sebuah "Prank".
Permainan Timnas Indonesia di leg pertama sangat dominan. Persentase penguasaan bola sampai 76 persen. Seolah-olah laga itu milik Timnas Indonesia.
BACA; Walau Mudik Lama, Shin Tae-yong Bisa Menaikkan Peringkat  Timnas Indonesia di FIFA
Persentase penguasaan bola yang tinggi tak sebanding dengan gol yang dihasilkan. Harusnya Timnas Indonesai minimal mencetak 4 gol!Â
Tapi apa yang terjadi? Indonesia hanya mencetak dua  gol !
Semua itu hanya terkait masalah ketelitian dan kesabaran pemain Indonesia yang memang kurang baik saat berada di depan gawang Taiwan.
Mungkin bisa diartikan taktik permainan yang diterapkan Shin Tae-yong memang masih memiliki kelemahan, baik penafsiran para pemain maupun cara penerapannya. Kelemahan itu sudah dibaca timnas China Taipeh atau Taiwan.
Pada leg pertama terlihat jelas taktik permaianan Timnas Indonesia, dari formasi 4141 bisa cepat berubah menjadi 2341 atau 2332. Pemain menjalankannya secara disiplin. Ini adalah sebuah taktik sepakbola modern. Taktis, cepat dan agresif.
Semua gaya di laga pertama itu terbaca jelas oleh Taiwan. Namun Shin Tae-yong paham yang dipikirkan Timnas Taiwan.Â
Untuk laga kedua, Shin Tae-yong tak mau dibaca ulang. Baginya, leg pertama terdahulu merupakan pancingan untuk bikin keder mental para pemain Taiwan, sekaligus membentuk citra di mata para pemain Taiwan bahwa permainan Timnas Indonesia sangat agresif, cepat, penuh diterminasi, bergaya menyerang secara total, punya fisik tak kenal lelah, namun juga ceroboh dan tidak sabar.
Citra awal itu sukses dibentuk Shin Tae-yong.
Maka pada leg kedua, Taiwan bersiap-siap menerima gempuran permainan cepat Timnas Indonesia. Taiwan gunakan taktik bermain bertahan. Taktik "parkir bus" pun diterapkan, sembari terus memancing Timnas Indonesia agar terus menyerang dengan diterminasi tinggi lalu lupa menjaga kandang sendiri--seperti pada laga di leg pertama.
Sembari "menikmati" serangan cepat dari para pemain Indonesia, Timnas Taiwan memasang pemain-pemain jangkung di lini depan untuk melakukan serangan balik, siap adu sprint dengan para pemain Indonesia.
Timnas Taiwan punya kelebihan skill bermain taktis, rata-rata postur tubuh pemainnya lebih tinggi, dan pintar memanfaatkan lebar lapangan untuk mengecoh pemain belakang Timnas Indonesia.
Tapi apa lacur di leg kedua? Timnas Taiwan kena "prank" Shin Tae-yong!
Shin tae-yong justru memerintahkan pemainnya "bermain santai" alias tidak agresif. Bola tidak segera digiring ke gawang Taiwan, melainkan lebih banyak dimainkan dari kaki ke kaki di lini tengah dan memanfatkan lebar lapangan--dengan ritme relatif lambat.Â
Semua itu diluar dugaan para pemain Taiwan, yang semula sudah siap "perang kecepatan" secara terbuka.
Akibat perubahan taktik "prank" Shin Tae-yong itu, para pemain Taiwan kehilangan rumus bermain. Mereka justru terpancing bermain santai, dan lupa bahwa alur lambat dari kaki ke kaki dengan umpan pendek para pemain Indonesia sangat mematikan.Â
Skill individu pemain Indonesia ditonjolkan, lebih daripada sebuah permainan tim sepakbola modern yang agresif.Â
Permainan Taiwan jadi kacau. Koordinasi antar lini tidak berjalan optimal. Para pemain depan yang jangkung kebingungan ketika berada di posisinya sendiri.
Timnas Indonesia melesakkan 3 gol tanpa balas ke gawang Taiwan dengan taktik bermain santai saat memegang bola, namun mendadak cepat ketika masuk zona 16 meter gawang Taiwan.
Pada saat pemain Indonesia santai itu pamain Taiwan lengah. Mereka mengira pemain Indonesia tetap bermain santai di semua zona. Mereka tidak menduga pemain depan Indonesia justru tiba-tiba bisa sangat cepat ketika sudah masuk zona serang.Â
Taiwan terlambat mengubah taktik. Dua gol timnas Indonesia sudah terlanjut bersarang masing masing oleh Egy Maulana Vikri dan Ricky Kambuaya, ditutup satu gol Witan Suleiman di menit akhir.
Sementara di tepi lapangan, Shin Tae-yong senyum "mesum-mesum" penuh kemenangan. Bukan karena pemain Indonesia bermain seperti tim Korea Selatan, tapi karena gaya permainan Timnas Indonesia menggunakan taktik dan gaya sepakbola jadul--sesuai titah kecoh "prank" Shin Tae-yong.
Kalau itu sih, aku sih rapopo....
---