Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Rindu Konflik Antar Kompasianer di Kompasiana

4 September 2021   04:15 Diperbarui: 4 September 2021   20:19 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; mediaindonesia.com

Konflik antar Kompasianer itu jadi seperti sebuah ritual. Bersifat klasik. Berwujud perang artikel dan komentar. Mampu menciptakan suasana yang sebelumnya guyup dan sejuk menjadi kacau dan panas membara di Kompasiana.

Setelah usai konflik, suasana Kompasiana jadi tenang. Para Kompasianer kembali sibuk di kanal-kanal Kompasiana yang sesuai passion kepenulisannya. Sedangkan admin Kompasiana kembali sibuk tidur atau masak mie instan saat piket, serta sesekali mengkarantina artikel politik yang dianggap berbahaya.

Suasana Kompasiana yang tenang itu ternyata bisa sangat meresahkan! Saya rindu munculnya konflik-konflik di Kompasiana, dan berharap segera tercipta lagi konflik baru.

Konflik antar Kompasianer punya daya magnet mendatangkan Kompasianer lawas dan tidak aktif. Mereka turun gunung untuk memberikan komentar sebagai wujud kepedulian, sekaligus momen menyatakan diri pernah ikut andil dalam membangun kebesaran Kompasiana di masa lalu.

Para Kompasianer lawas itu ada juga hanya jadi silent reader ketika konflik muncul, tapi diam-diam mereka bertanya ini-itu kepada Kompasianer aktif lewat WA. Heu heu heu...

sumber gambar ; kompas.com
sumber gambar ; kompas.com

Sejak perseteruan atau konflik antar Kompasianer pada bulan lalu, sampai kini belum ada lagi konflik terbarukan. Padahal isu global tentang  "sustainable" (berkelanjutan) sering disuarakan terhadap berbagai aspek kehidupan demi kehidupan mendatang yang lestari dan lebih berkualitas.

Isu penting sustainable perlu disambut baik sebagai sebuah gagasan. Mungkin perlu dibentuk kelembagaan pencipta konflik antar Kompasianer. Istilah nganu-nya semacam     Corporate Sustainability Conflict in Kompasiana, yang berangkat dari spirit jargon 'Beyond Blogging'-nya Kompasiana.

Sebaiknya tema konflik merupakan hal baru. Bukan lagi pengulangan barang lama yang "klasik dan basi" seperti yang terjadi bulan lalu. Bukan pula perkara K.Rewards, tuduhan penulis-tulisan sampah, kecenderungan Kompasiana menjadikan tulisan manga-isme sebagai tren-populer, centang biru-hijau-tanpacentang, kecemburuan dan sebutan Kompasianer yunior dan senior, label Headline/Artikel Utama, dan lain-lain.

sumber gambar ; shutterstock.com
sumber gambar ; shutterstock.com

Selain soal K.Rewards yang relatif baru, semua tema tersebut sudah pernah terjadi di Kompasiana sejak dulu. 

Kompasiana butuh konflik untuk menumbuhkembangkan dan mendewasakan diri dan "sustainable". Bila tanpa konflik, tidak akan ada pembelajaran kepengelolaan konflik. Tidak ada ruang saling berbagi pendapat dan terbangunnya kesepahaman secara terbuka antar para Kompasianer.

Tanpa konflik, tidak ada ide-ide baru yang bisa menjadi masukan untuk para admin dan Kompasianer itu sendiri. 

Secara khusus tidak ada momen sik-asik yang bikin para admin dipaksa situasi untuk membelalakan matanya--sambil menahan emosi dan lutut gemetaran serta jakun turun naik (admin laki-laki) dan alis turun naik ( admin perempuan). Tidak ada momen berkumpul sesama admin di salah satu bilik kerja admin untuk membicarakan konflik itu sambil ngomel-ngomel meluapkan kekesalan. Iiiih...iiiih...!

.

sumber gambar ; tribunnews.com
sumber gambar ; tribunnews.com

Tanpa konflik, berbagai grup WA Kompasianer yang menjadikan Kompasiana bagai hidup-mati dirinya, lebay, baperan, berpikiran 'close minded' namun ambisius--jadi kehilangan bahan bakar pertamax dalam pembicaraan grup.  

Grup WA itu kembali pada rutinitas saling berbagi link artikel sambil ngomel-ngomel karena tidak mendapatkan label Headline (Artikel Utama), kemudian membandingkan tulisannya dengan milik Kompasianer  Si A atau B atau C yang dianggap tidak mutu tapi dapat label 'Artikel Utama'. Grup mereka balik ke rutinitas membangun konspirasi pergosipan tentang Si Kompasianer A, B C, dan seterusnya berdasarkan data atau informasi antah berantah.

Tak terasa, merindu konflik antar Kompasianer telah jadi satu artikel. Posting ahhh...

----

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun