"Kompasiana Error, ya?
"Kalau tidak Error bukan Kompasiana namanya."
"Lho, nama Kompasiana berubah nama jadi Error?"
-----
Demikianlah percakapan singkat dua Kompasianer. Mereka melabel suatu dinamika tertentu yang terjadi di Kompasiana dengan frasa Error. Sementara sebelumnya Kompasiana tak punya frasa Error. Kompasiana hanya tahu namanya adalah Kompasiana.
Kalau kemudian dikatakan Kompasiana itu (identik atau sama dengan) Error, maka ada yang 'unik' di bangunan relasi Kompasiana dengan Kompasianer. Disisi lain, sebagai suatu catatan bahwa Error dibawa Kompasianer kedalam relasinya dengan Kompasiana.
Bila melihat para Kompasianer yang tak mau meninggalkan Kompasiana dalam situasi apapun ; dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, dalam kelancaran akses atau tidak bisa diakses, mendapat HL dan pilihan atau dicuekin, maka pertanyaannya, apakah labeling Error disematkan Kompasianer untuk menambah kualitas relasinya dengan Kompasiana?
Bila melihat bahwa Error berasal dari (pikiran) Kompasianer, maka pertanyaannya adalah ; apakah Error merupakan mindset sekaligus personafikasi Kompasianer yang mereka perluas di Kompasiana sebagai upaya mendapatkan belahan jiwa atau kawan senasib?
Error, Personifikasi dan Kualitas Relasi Kompasianer-Kompasiana
Hidup Kompasiana dibangun para pengelola (Admin) Kompasiana. Selain itu, keberlangsungan hidupnya tergantung pada para Kompasianer. Percuma Kompasiana dibangun, tapi tak ada Kompasianer.
Didalam hidupnya, Kompasiana punya dinamika kepengelolaan. Ada masa-masa sulit di internalnya misalnya mengalami 'rusak mesin server'. Oleh pengelola mesin itu diupayakan perbaikan agar bisa bertahan hidup.
Server bisa diibaratkan Jantung-sebuah organ vital media online. Dalam kondisi normal maka ia bekerja selama 24 jam tanpa henti. Bayangkan saja bila jantung manusia berhenti 2 jam, hampir dipastikan akan mati. Namun di Kompasiana hal itu tidak berlaku.
Ketika Jantung (server) Kompasiana mengalami gangguan akut dan 'berhenti bekerja', Kompasiana tidak mati permanen.
Kematian permanen Kompasiana adalah tidak ada lagi penulis dan pembaca. Pembaca dan penulis (Kompasianer) masih setia menghidupkan kerja mesin hidup Kompasiana. Bagaimana caranya? Mereka menunggu dan tetap berkarya dengan caranya. Seolah mereka tak lepas dari sosok fisik Kompasiana yang terkapar 'tak bernyawa'. Satu hal yang penting lagi adalah Pembaca dan Penulis (Kompasianer tidak meninggalkan sama sekali Kompasiana. Inilah kenapa Kompasiana tak pernah benar-benar mati. Kompasiana bahkan tak mengenal kata mati.
Kompasiana hanya akan mati kalau tak ada lagi pembaca setia dan Kompasianer militan. Tapi apakah itu mungkin? Perlu diingat bahwa, salah satu cara Pembaca dan Kompasianer menyempurnakan hidupnya di abad digital ini dengan menjadi 'jantung Kompasiana'. Dengan demikian para Pembaca dan Kompasianer tetap bisa bertahan hidup dan merayakan setiap dinamika digitalnya dengan berkompasiana.
Konteks sehidup tak semati antar Kompasiana dengan Kompasianer menjadikan keduanya selalu mampu hidup dalam situasi dan kondisi apapaun. Diantara mereka ada janji keabadian fana yang dinyatakan dengan berbagai bentuk. Pernyataan 'Kalau tidak Error bukan Kompasiana namanya' jadi salah satu buktinya. Disinilah, ketika muncul pernyataan tersebut maka itu sebenarnya menjadi personifikasi Kompasianer di dalam Kompasiana, baik itu para Kompasianer Error maupun Kompasianer waras...heuheuheu! Hayoo, ngaku...gak bakal disetrap bu guru, kok...
Selamat Ulangtahun ke 8Kompasiana...Â